Hari ini, Rabu (20/9) rakyat Yaman mulai mendatangi berbagai Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilu lokal. Pilpres dan pemilu itu dilaksanakan di tengah-tengah ketegangan yang meruncing antara dua kandidat presiden terkuat, Ali Abdullah Sholeh dan Fasihal bin Shamlan.
Sejumlah analis lokal dan internasional memprediksi bahwa ketegangan antara dua kandidat itu akan terus berlangsung sampai hasil akhir Pilpres diumumkan. Pilpres sekarang ini merupakan pilpres kedua pascaunifikasi Yaman Selatan dengan Yaman Utara pada tahun 1990.
Dua kandidat terkuat, Sholeh dan Shamlan, tiga hari lalu telah mengakhiri masa kampanyenya. Selama masa kampanye yang berlangsung beberapa pekan, partai kedua kandidat itu saling melontarkan tuduhan untuk menjatuhkan saingannya.
Di Alun-ALun Sab’iin, Shana’a, kandidat yang diusung partai berkuasa al-Mu’tamar asy-Sya’biy al-A’am Ali Abdullah Sholeh menutup kampanyenya dengan mengatakan bahwa koalisi oposisi sebagai ‘kekuatan-kekuatan kegelapan’. Selain itu, kandidat penjabat itu juga berjanji akan memberantas kemiskinan, korupsi dan para koruptor.
Sementara kandidat yang diusung koalisi partai-partai oposisi, al-Musytarak al-Mua’ridh, Shamlan menutup kampanye di kota Baidha. Pada kesempatan itu Shamlan berjanji akan menuntaskan krisis ekonomi dan perbaikan kondisi kehidupan rakyat.
Kandidat lainnya, Yasin Abduh Said Nu’man menampik bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan. Yasin menduga berita pengunduran dirinya sengaja dihembuskan al-Musytarak al-Mua’ridh untuk merusak iklim demokrasi di Yaman. Sementara kandidat independen Fathi al-Azb menyerukan agar para pendukungnya memberikan suara untuk kandidat koalisi oposisi.
Dalam pemilu kali ini, tercatat 9.247.370 pemilih, termasuk di antaranya 3.900.565 pemilih wanita (ilyas/aljzr/im)