Pahlawan Gaza
Video yang menunjukkan wajahnya ditutupi kafiyeh dan terluka parah di sebuah apartemen yang dihujani peluru saat mencoba melemparkan tongkat ke arah pesawat tak berawak yang merekamnya telah menginspirasi kebanggaan di kalangan warga Palestina, demikian Reuters mengabarkan
“Dia meninggal dalam keadaan mengenakan rompi militer, bertempur dengan senapan dan granat, dan ketika dia terluka dan berdarah, dia bertempur dengan tongkat. Beginilah cara para pahlawan meninggal,” kata Adel Rajab, 60 tahun, seorang ayah dari dua anak di Gaza.
“Saya sudah menonton video itu 30 kali sejak semalam, tidak ada cara yang lebih baik untuk mati,” kata Ali, seorang sopir taksi berusia 30 tahun di Gaza.
“Saya akan menjadikan video ini sebagai tontonan harian untuk anak-anak saya dan cucu-cucu saya kelak,” ujar ayah dari dua orang anak ini.
“Mereka mengatakan dia bersembunyi di dalam terowongan. Mereka mengatakan bahwa dia menahan para tahanan Israel di sampingnya untuk menyelamatkan nyawanya. Kemarin kami melihat dia memburu tentara Israel di Rafah, tempat penjajahan beroperasi sejak Mei,” kata Rasha, seorang ibu berusia 42 tahun yang mengungsi dengan empat orang anak.
“Beginilah cara para pemimpin pergi, dengan senapan di tangan. Saya mendukung Sinwar sebagai pemimpin dan hari ini saya bangga padanya sebagai seorang martir,” tambahnya.
Hamas tetap hidup siapa pun pemimpinnya
Menurut Al Mayadeen, Hamas telah mulai menyiapkan pemimpin berikutnya setelah kesyahidan Sinwar. Menurut sumber tersebut, ada tiga kemungkinan yang ada saat ini. Yang pertama adalah terpilihnya pelaksana tugas pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, atau wakil kepala kantor politik, Khalil al-Hayya.
Yang kedua adalah pemilihan komite khusus untuk memimpin sampai perang di Jalur Gaza berakhir. Terakhir, opsi ketiga Hamas adalah pemilihan pemimpin yang tidak diumumkan.
Terakhir, pilihan ketiga Hamas adalah pemilihan pemimpin yang tidak diumumkan.
Terlepas dari itu, pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri menegaskan bahwa satu-satunya jalan bagi rakyat Palestina dan perlawanan mereka tetap tak tergoyahkan: berdiri teguh di tanah mereka, menolak pendudukan, dan menghadapi agresi sampai mereka menggagalkan semua upaya pemindahan dan pemberantasan tujuan nasional mereka, yang mengarah pada pembebasan penuh, kemerdekaan, dan hak untuk kembali. (sumber: Gelora)