Menjadi produsen minyak terbesar kedua di negeri Cina, serta merupakan wilayah yang kaya dengan sumber daya alam, provinsi Xinjiang yang mayoritas Muslim menjadi sangat penting bagi perekonomian dan geopolitik negara tirai bambu ini.
"Berbatasan dengan sebelah barat laut Cina, dan seperti halnya wilayah Tibet, Xinjiang menjadi hal mutlak yang sangat penting bagi keamanan negara," kata Wenran Jiang – seorang pakar asal Cina dari Universitas Alberta – kepada AFP pada Ahad yang lalu.
"Beijing tidak akan berkompromi dengan cara apapun terhadap wilayah ini."
Mencakup lebih dari 1,6 juta km persegi, Xinjiang mengambil seperenam dari seluruh wilayah Cina.
Daerah bergurun pasir dan bergunung serta sedikit penduduknya menjadi daya tarik tersendiri bagi wilayah tersebut karena kaya akan hasil pertambangan, pertanian serta energi.
Xinjiang menjadi wilayah yang kaya akan sumber daya dan menjadi produsen minyak kedua terbesar di Cina dengan menghasilkan minyak 24.7 juta ton.
Beberapa saluran pipa penting seperti pipa saluran minyak dan gas dari Asia tengah melintasi wilayah itu, membantu memenuhi kebutuhan yang sangat besar akan energi bagi penduduk di kota-kota yang ada di pantai timur.
"Dengan penurunan cadangan di Heilong Jiang dan Shandong, Xinjiang yang menjadi wilayah dengan pertumbuhan yang sangat strategis setiap tahunnya," kata Ren Xianfang seorang analis di IHS Global Insight.
Xinjiang menjadi wilayah yang bergejolk sejak pasukan keamanan pemerintah komunis Cina diturunkan ke wilayah tersebut secara besar-besaran untuk menindak keras muslim Uighur yang melakukan demonstrasi menentang penindasan dan diskriminasi di wilayah itu.
Sedikitnya 184 – orang menurut versi pemerintah – telah terbunuh dan ribuan lainnya ditahan dalam rangka pengamanan yang dilakukan pasukan keamanan Cina.
Wilayah Strategis
Xinjiang telah berkembang pesat sejak tahun 80 an, yang akhirnya menarik gelombang migrasi dari etnis Han ke wilayah tersebut hidup berdampingan dengan etnis muslim Uighur.
"Sangat sedikit etnis Uighur yang bekerja di industri minyak disana," kata Jean Fran Ois Huchet, direktur dari pusat kajian Prancis pada Cina kontemporer di Hongkong.
"Penduduk muslim Uighur telah terjebak dan terkurung di daerah pedesaan dalam sistem pertanian yang sangat sedikit memiliki nilai tambah."
Namun ada beberapa wilayah yang menghasilkan kapas, mereka berjuang untuk memperoleh kemajuan dalam bidang ekonomi.
Daerah yang dikuasai oleh kelompok militer – Bingtuan – mengontrol wilayah pertanian yang sangat luas, mempekerjakan lebih dari 2,2 juta orang disana, dan mayoritas adalah etnis Han.
Etnis Uighur yang minoritas berbahasa Turki lebih dari delapan juta penduduk, telah menuduh pemerintah mengerahkan serta memindahkan jutaan etnis Han di wilayah mereka dengan tujuan akhir memusnahkan identitas dan kebudayaan mereka.
Mereka juga menyebutkan rencana baru pemerintah yang akan menerapkan pengajaran bahasa Mandarin di sekolah-sekolah yang ada di Xinjiang, menggantikan dialek lokal mereka.
Xinjiang juga menjadi wilayah tempat pemerintah Cina melaksanakan uji coba Nuklir bawah tanah selama beberapa dekade dan menjadikan wilayah itu sebagai tempat strategis diletakkannya misil-misil Cina.
Hal ini juga yang menjadikan wilayah tersebut sangat penting bagi geopolitik Cina karena berbatasan dengan delapan negara, termasuk Afghanistan dan Pakistan, yang Cina anggap sebagai ancaman utama mereka.(fq/iol)