Wisata Kuliner Ramadhan Jadi Ajang “Dakwah” Islam di Australia

Wisata Kuliner Ramadhan Jadi Ajang

Ada banyak cara dalam menjelaskan ajaran Islam. Berdakwah dalam menyampaikan Islam tidak harus selalu dengan ha-hal yang rumit, seperti yang dilakukan sebuah lembaga amal di Australia.

Sebuah lembaga amal Australia melakukan wisata kuliner sebagai cara untuk menjelaskan pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan budaya Islam, Daily Telegraph Australia melaporkan.

“Makanan adalah bagian yang sangat penting dari bulan suci Ramadhan,” kata Cathy Quinn, manajer Benevolent Society’s Taste Food Tours.

“Setiap malam adalah perayaan besar dengan makanan tradisional meriah yang populer dimakan dan dipersiapkan selama bulan Ramadhan, seperti sup, kacang dan kari daging, nasi serta hidangan khusus daging dan makanan penutup.”

Badan amal ini telah meluncurkan wisata kuliner selama bulan puasa suci Ramadhan sebagai cara untuk menciptakan pemahaman lebih baik tentang Islam.

Wisata, bertajuk “feasting after fasting”, bertujuan untuk memikat warga agar mau duduk di meja makan malam untuk berbicara tentang Islam dan budaya yang berbeda.

“Kami benar-benar percaya makanan adalah konektor besar dan Ramadhan adalah kesempatan sempurna untuk mengungkap Islam sedikit demi sedikit kepada rakyat Sydney dengan memberi mereka kesempatan untuk mencicipi beberapa makanan dan tradisi umat Islam yang disertai dengan pemandu lokal,” kata Quinn.

Didirikan pada 1813, Benevolent Society adalah lembaga amal pertama Australia, yang bertujuan untuk membantu orang mengatasi hambatan yang mencegah mereka dari berpartisipasi sepenuhnya di dalam masyarakat.

Lembaga ini memberikan 145 jasa di puluhan lokasi di seluruh Australia.

Wisata kuliner makanan Ramadhan adalah langkah terbaru dalam upaya untuk memecahkan hambatan antara orang-orang dari latar belakang yang berbeda di Australia.

“Apa yang unik tentang Ramadhan adalah karena orang berpuasa sepanjang hari, ketika malam tiba, seluruh keluarga dan masyarakat berkumpul untuk makan dan merayakan,” kata Quinn.

Muslim, yang telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, membentuk 1,7 persen dari total 20-juta penduduknya.(fq/oi)