Wilayah Pedesaan Suriah Berikan Dukungan bagi Pejuang Pemberontak Anti Assad

Wilayah Pedesaan Suriah Berikan Dukungan bagi Pejuang Pemberontak Anti Assad

Sebuah laporan mengungkapkan bahwa banyak warga pedesaan di Suriah memberikan dukungan bagi pemberontak yang berjuang melawan rezim Assad Suriah.

Dukungan dari wilayah yang dikuasai pemberontak baik kota maupun desa kemungkinan menjadi salah satu alasan bahwa pasukan pemberontak mampu terus bertahan melakukan pertempuran untuk selama dua bulan mengontrol kota Suriah terbesar, Aleppo. Daerah ini menjadi wilayah strategis bagi para pejuang pemberontak.

Wilayah ini memberikan dukungan kepada para pejuang anti Assad. Warga Aleppo membantu memberikan makanan, perlengkapan dan amunisi ke garis depan pertempuran. Dan di sisi lain pemberontak yang terlibat dalam perjuangan menemukan tempat berlindung yang aman untuk beristirahat dan memulihkan diri di rumah-rumah warga.

Ketika pemberontakan terhadap Presiden Bashar Assad dimulai, salah satu warga desa bernama Fatima Zahra menjalani hidupnya sebagai seorang penjahit di sebuah kota kecil di utara Suriah dan sekarang ia bekerja memasak dan memberikan makanan untuk para pemberontak yang berjuang melawan Assad.

“Ada dua atau tiga keluarga lain di desa yang melakukan pekerjaan semacam ini, tetapi mereka takut ketahuan,” katanya. “Saya tidak takut apa yang saya lakukan karena saya percaya revolusi akan berhasil.”

Setiap desa di wilayah Aleppo saat ini memiliki pangkalan untuk batalyon setempat, di mana beberapa pemberontak tetap berpatroli di pedesaan dan mereka yang berjuang di Aleppo bisa kembali untuk beristirahat yang sangat dibutuhkan sebelum kembali ke arena pertempuran.

“Pertempuran berjalan dengan baik,” kata salah seorang pejuang pemberontak. “Kami percaya pada apa yang kami lakukan, dan mereka tidak.”

Keesokan harinya, para pejuang melambaikan tangan kepada kawan-kawan mereka dan siap untuk kembali ke Aleppo.

Beberapa pemberontak menggunakan saat-saat terakhir sebelum perjalanan untuk berdoa. Lainnya memuat peluru ke magazine mereka dan memeriksa tali di seragam mereka.

“Kami akan mengambil posisi kami sampai tetes darah terakhir,” kata Abu Yaari, seorang pemberontak berusia 39 tahun. “Semua yang Anda lihat adalah pejuang martir yang hidup.”

Dengan teriakan “Allahu Akbar,” mereka semua masuk ke dalam sebuah truk pickup dan SUV kemudian pergi memecah jalanan menuju Aleppo untuk berperang.(fq/ap)