Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya terkait 32 kasus wafatnya para pasien di Ghaza, menegaskan bahwa kondisi memprihatinkan itu adalah tanggung jawab Israel.
Israel secara sengaja telah melarang para pasien sakit parah untuk sekedar keluar Ghaza dan memperoleh pengobatan yang layak. Demikian tercantum dalam laporan yang disusun sejak bulan Oktober tahun lalu, hingga Maret 2008 ini.
Secara detail, dirincikan dalam laporan tersebut ada 32 kasus kematian dari pasien di Ghaza sejak Oktober 2007 hingga Maret 2008. Seluruh kasus kematian itu, penyebabnya adalah proses menanti surat izin keluar Ghaza untuk mendapat perawatan. Menurut A. Manente, Ketua WHO di Tepi Barat dan Ghaza, dalam konferensi persnya, “Sebenarnya, berbagai kondisi memprihatinkan itu bisa dengan mudah diatasi, bila mereka diizinkan mendapat perawatan.”
WHO juga menunjukkan jumlah permohonan untuk masuk ke Ghaza dan ditolak oleh Israel, meningkat tajam setelah Hamas menguasai Ghaza pada bulan Juni 2007. Jembatan penghubung ke Mesir juga ditutup dan dilakukan pemeriksaan ekstra ketat oleh Israel. Israel menurut WHO, menolak menyampaikan angka terkait jumlah pasien yang sakit di Ghaza, yang sebelumnya telah mengajukan permohonan untuk mendapat pengobatan di luar Ghaza, pada tahun 2007.
Merujuk pada penghitungan Departemen Kesehatan Palestina di Ghaza, jumlah rakyat Palestina yang meninggal akibat isolasi biadab Israel di Ghaza mencapai angka 120 orang.
Menanggapi laporan WHO itu, Israel menolaknya. Mereka berpendapat pelarangan keluar Ghaza itu dilakukan untuk menjaga keamanan Israel. Aneh, padahal yang meminta mendapat pengobatan itu adalah orang-orang yang sakit parah. (na-str/pic)