Washington Tolak Kecam Pembantaian Baru Israel di Jalur Ghaza

Amerika menolak mengeluarkan kecaman atas aksi serangan darat, laut dan udara Israel yang membombardir Jalur Ghaza, Jum’at (09/06), yang mengakibatkan sedikitnya 15 warga Palestina gugur syahid dan mayoritas adalah wanita dan anak-anak yang tidak berdosa.

AS menyebut apa yang terjadi di Jalur Ghaza kemarin itu adalah hak Israel untuk membela diri. Jubir luar negeri AS Sean McCormack mengatakan Washington memantau apa saja yang melingkupi serangan ini melalui berita. “Dan saya akan mengatakan apa yang telah saya katakan, Israel memiliki hak untuk membela diri,” ungkap McCormack. Dia menambahkan bahwa dalam waktu yang sama AS mendorong Israel untuk berfikir akibat dari aksi-aksi ini.

Berbeda dengan sikap Amerika dalam merespon aksi serangan Israel yang mengakibatkan sedikitnya 15 warga gugur dan puluhan lainnya luka-laka, Negara-negara Arab dan Eropa mengecam aksi serangan ke berbagai wilayah Jalur Ghaza itu. Mereka menganggap penggunaan senjara yang berlebihan ini sebagai hal yang tidak beralasan dan tidak bisa diterima.

Kecaman

Departemen Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa penggunaan senjara yang berlebihan oleh Israel, terutama terhadap rakyat sipil Palestina, sebagai hal yang tidak bisa diterima. Moskow mengungkapkan kekhawatirannya aksi ini semakin memperburuk situasi di Jalur Ghaza. Pihaknya juga mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga korban pembantaian ini.

Hal yang sama juga diungkapkan Perancis. Paris menyebut apa yang dilakukan Israel ini jelas tidak membantu persoalan. Pihaknya menyerukan “menghentikan motif-motif dan dalih-dalih untuk melakukan kekerasan.” Sementara itu Spanyol mengungkapkan pihaknya menolak prinsip-prinsip kekuatan untuk menyelesaikan konflik Israel – Palestina. Spanyol menganggap itu “bukan jalan yang harus diikuti.”

Melalui lisan Menlu Ahmad Abul Ghoits, pemerintah Mesir mengecam keras aksi serangan Israel ini. Ghoits mengatakan, undang-undang internasional melarang penggunaan senjara secara berlebihan di wilayah padat penduduk sipil. Sementara itu Raja Maroko Muhammad Sadis menyerukan pendirian Negara Palestina yang bisa hidup damai dengan Israel, untuk itu Israel harus bisa menghentikan aksi-aksi terornya.

Dewan Kerjasama Teluk juga mengecam aksi pembantaian ini dan menyebutkan sebagaian “aksi terorisme yang tidak bisa diterima.” Sekjen Dewan Kerjasama Teluk, Abdul Rahman bin Hamad Athiyah mengatakan bahwa serangan Jum’at itu “sebagai bentuk pelecehan secara teranmg-terangan terhadap resolusi-resolusi dan undang-undang kemanusiaan internasional.”

Presiden Palestina Mahmuad Abbas menyatakan hari berduka cita selama 3 hari di seluruh tanah Palestina. Dalam penyataan yang dikeluarkan kantor Abbas dinyatakan, bendera-bendera Palestina akan dikibarkan setengah tiang mulai hari Sabtu (10/06) ini.

Abbas menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk menekan Israel dan memaksanya menghentikan aksi-aksi permusuhannya terhadap rakyat Palestina. Abbas mengungkapkan sangat terkejut atas “kejahatan berdarah dan biadab ini.”

Sementara itu PM Palestina Ismail Haniyyah menganggap aksi serangan dan pembantaian Israel ini sebagai “kejahatan perang dengan segala maknanya.” Di sela-sela mengunjungi para korban di rumah sakit asy-Syifa di kota Ghaza, Haniyyah meminta semua negara yang memiliki hubungan dengan Israel untuk turun tangan secepatnya untuk menghentikan ofensi militer ini. Dia mengatakan dunia bertanggung jawab untuk melindungi rakyat Palestina.(was/aljzr)