Kurang dari setahun yang lalu, Presiden Mesir Mohamed Mursi membersihkan jajaran tinggi militer mantan rezim Mubarak yang korup dan menggantikan mereka dengan mengangkat sekelompok jenderal baru yang diharapkan akan setia kepadanya.
Pemimpin Islam itu (Mursi) menikmati bulan madu selama tiga bulan dengan pasukan bersenjata, sebagai generasi baru militer yang akan melakukan modernisasi angkatan bersenjata yang lama tertunda – dan untuk pertama kalinya – untuk menjadikan militer yang solid di bawah kontrol sipil.
Namun hubungan mereka memburuk karena kepentingan militer ingin lebih dari apa yang diamanatkan Mursi, dan militer ingin pula menjadi sebagai kekuatan bisnis utama di Mesir di samping peran yang memastikan keamanan dan stabilitas bangsa.
Perbedaan pendapat Mursi dan militer berawal pada suatu malam di bulan November, bahwa Mursi mengeluarkan dekrit dengan membuat legitimasi tak terbatas di seluruh negeri pada saat kondisi ekonomi Mesir yang tersandung selama berbulan-bulan. Pertikaian mereka mencapai puncaknya pada bulan Juni bulan lalu , ketika Mursi menyerukan agresi Mesir melawan Ethiopia dan Suriah. Seruan tersebut mengancam akan menghisap Mesir ke dalam konflik yang berat, kata mantan pejabat militer yang tak mau disebutkan namanya.
Menteri Pertahanan Abdel Fattah al-Sisi, tadinya seorang simpatisan partai Islam tempat Mursi berkarir, dan ia yang dipilih oleh Mursi sendiri sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Mesir, Sisi memberitahu presiden pada 22 Juni bahwa ia harus berbuat lebih banyak untuk menyatukan negara. Keputusan militer untuk melangkah untuk berperan dalam politik dilegitimasi jutaan demonstran anti-Mursi yang turun ke jalan pada delapan hari kemudian, Dan akhirnya Sisi mengatakan dalam pidato televisi nasional mengumumkan pengambilalihan kekuasaan Presiden yang pernah mengangkatnya menjadi Komandan Militer pada hari Rabu pekan lalu.
Sekarang, dengan unjuk kekuatan jet tempur yang melakukan manuver di atas langit Kairo dan kendaraan lapis baja yang mengangkut personel militer yang berpatroli di jalan-jalan. Militer secara eksplisit mengendalikan Mesir – baik secara langsung ataupun dari balik layar. Walaupun dikerahkan semua kekuatan militer, ternyata tidak mampu memulihkan perdamaian ke jalan-jalan Mesir sebagai bentrokan meletus pada Jumat antara pendukung Morsi dan lawan-lawannya, menewaskan sedikitnya 17 orang tewas.
Militer Mesir telah lama memegang kekuasaan penting di seluruh negeri Mesir , bahkan banyak para jenderal yang telah mengubah dirinya menjadi konglomerat bisnis selama tiga dekade saat mantan presiden Hosni Mubarak berkuasa.
Kepemilikan bisnis militer yang gelap dan besar dan tak tersentuh, diperkirakan menguasai 30 persen dari perekonomian Mesir, dan mereka saling bersosialisasi dengan satu sama lain dalam klub bisnis di Negara Mesir tersebut.
Kekayaan mereka sangat mencolok di jalan-jalan yang penuh asap di mana kebanyakan orang mengais rezeki hanya perdolar per hari. Para perwira militer itu merengguk kekayaan di negara itu sejak revolusi 1952, dan mereka sangat berkepentingan untuk memastikan dan memelihara stabilitas Mesir secara keseluruhan yang tentunya mengamankan bisnis bisnis militer agar tetap berjalan dan berkuasa. (Washington Post/Dz)