Sekitar 100 orang melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung Toronto District School Board (TDSB), memprotes persetujuan yang diberikan lembaga itu terhadap kebijakan yang diberlakukan Sekolah Menengah Valley Park yang membolehkan pelaksanaan salat Jumat bagi siswa muslim, di lingkungan sekolah.
Para pengunjuk rasa berasal dari berbagai ormas, antara lain Jewish Defense League, Christian Heritage Party dan Canadian Hindu Advocacy. Mereka membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan slogan anti-jihad dan bahwa "Islam harus direformasi atau dilarang". Para demonstran juga meneriakan, "No Islam in our schools", "No Mohamed in our schools" dan "No Sharia law in our country".
Sementara itu, tak jauh dari kerumunan pengunjuk rasa, tanpa menggunakan pengeras suara, dua mahasiswi Universitas York, Mariam Hamaoui dan Sarah Zubaira juga mengacungkan spanduk bertuliskan ungkapan bahwa mereka berhak untuk menunaikan ibadah di sekolah. Mereka datang untuk menyampaikan rasa terima kasih pada pihak sekolah Valley Park karena telah menyediakan tempat untuk menunaikan salat Jumat bagi siswa-siswanya yang muslim.
Sebelum ini, siswa sekolah yang muslim, setiap Jumat harus meninggalkan sekolah karena harus salat Jumat ke masjid-masjid terdekat. Untuk mengatasi persoalan itulah, pihak sekolah mengambil kebijakan untuk menyediakan tempat untuk salat Jumat di lingkungan sekolah dan menyediakan imam untuk memimpin salat.
Direktur sekolah Chris Spence mengungkapkan, kebijakan ini diambil agar para siswa muslim yang jumlahnya sekitar 300 orang, tetap mengikuti pelajaran setelah menunaikan salat Jumat. Biasanya, kata Spence, para siswa yang keluar sekolah untuk salat Jumat, tidak kembali lagi ke sekolah usai salat Jumat.
Sekolah Menengah Valley Park menyediakan kafetaria sebagai tempat untuk pelaksanaan salat Jumat. "Tempat itu sudah digunakan untuk salat selama tiga tahun ini, dan tidak pernah ada komplain dari komunitas sekolah yang memiliki siswa 1.200 orang," kata Spence.
Tak tersedianya tempat salat di berbagai institusi pendidikan, masih menjadi persoalan bagi komunitas Muslim di Kanada. Hamaoui mengungkapkan, saat masih sekolah di Etobicoke Collegiate Institute, ia harus pergi ke sebuah ruang bawah tanah untuk menunaikan salat.
"Karena tidak ada tempat lain. Saya pikir orang harus berpikiran terbuka. Saya melihat tidak ada masalah untuk menunaikan salat, karena berdoa adalah menolong orang lain. Kampus-kampus membiarkan siapa saja yang ingin salat. Seharusnya demikian pula dengan sekolah-sekolah menengah," ujarnya.
"Salat merupakan hak kami yang dilindungi undang-undang," tambah Zubaira.
Di luar gedung, para pengunjuk rasa juga melontarkan alasannya mengapa tidak setuju sekolah menyediakan tempat untuk salat Jumat bagi para siswanya yang muslim. Sebagain besar beranggapan pihak sekolah sudah bersikap tidak adil dengan penganut agama lain.
Seorang nenek yang ikut berunjuk rasa mengatakan, ia menentang ada ‘masjid’ di sekolah karena cucunya hanya boleh menyanyikan lagu sekular Jingle Bells dan tidak diizinkan menyanyikan lagu-lagu keagamaan di sekolah. (kw/TS)