Warga Sunni dan Syiah di Irak, Ramai-Ramai Buat Identitas Ganda

Pembunuhan dan pembantaian yang tak terbendung di Irak, memunculkan aksi penyelamatan yang kini menjadi trend di masyarakat Irak. Terlebih ketika kaum Sunni dan Syiah di Iraq saling melempar tuduhan satu sama lain tentang dalang di balik pembunuhan lebih dari 40 orang di Baghdad, jarak antara dua etnis utama di Iraq itu semakin lebar.

Aksi penembakan dan sweeping kelompok bersenjata benar-benar mengancam siapapun di Irak. Untuk menghindari intaian maut, kini rakyat Iraq berbondong bondong membuat dan menggunakan identitas palsu. Menurut sebuah artikel yang dipublikasikan oleh seattlepi.com, kini penjualan identitas palsu pada Sunni yang takut dibunuh oleh kaum Syiah, dan kaum Syiah yang takut dibantai oleh Sunni telah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan.

Sulit dan sangat tidak mungkin untuk membedakan mana Sunni dan mana Syiah dengan mata telanjang. Boleh jadi perbedaan antara mereka bisa terlihat dari nama. Nama awal biasanya adalah nama para pahlawan atau figur yang sangat dihormati oleh sekte tertentu. Sementara nama panjangnya umumnya merupakan nama keluarga, nama suku atau rumpun. “Saya membuat identitas palsu untuk melindungi diri dari militan Syiah yang tersebar di Baghdad dan memburu Sunni di pos pemeriksaan”, tukas Omar Abdul Rahman, seorang mahasiswa. Hal ini menunjukkan level permusuhan antara dua etnis Sunni dan Syiah di Iraq memang semakin sengit.

Pihak berwenang di Iraq mengetahui bisnis identitas palsu ini. Menteri Dalam Negeri Jendral Mahdi Al-Gharawi membenarkan hal ini dan menyatakan bahwa sejauh ini belum ada tindakan apapun terkait dengan pembuatan identitas palsu tersebut, karena mereka beranggapan untuk sementara mampu menghentikan tindak kekerasan antara Sunni dan Syiah.

“Mereka mengeluarkan identitas Sunni di kawasan Syiah dan begitu pula sebaliknya”, imbuhnya. Ia menambahkan, “Hal ini memang ilegal namun kami dapat memaklumi mengapa mereka melakukannya”.

Wissam Muhammad al-Ani, seorang seniman kaligrafi, 27 tahun, mengatakan bahwa ia membawa identitas dengan nama Syiah yang pernah membuatnya selamat ketika seorang laki laki bersenjata pada awalnya berusaha menyerangnya. “Ketika mereka membacanya, merekapun membiarkan saya pergi”.

Seorang pemilik toko buku di Baghdad, yang menjadi terkenal karena memalsukan idnetitas mengatakan bahwa ia membeli kartu identitas kosong dari sebuah percetakan, mengisinya dengan informasi sesuai dengan keinginan pelanggan, dan menempelkan foto didalamnya. “Kebanyakkan pelanggan adalah sopir dan kuli bangunan Syiah yang justru mencari pekerjaan di lingkungan Sunni,” imbuhnya.

Harga berkisar antara 5.000 dinar Iraq ($ 3.50) untuk identitas zaman pemerintahan Saddam dan 50.000 dinar ($ 35) untuk versi modern. Beberapa penduduk Iraq menyatakan bahwa praktek pemalsuan identitas itu telah berlangsung sejak zaman Saddam namun sangat terbatas.

Bisnis pemalsuan identitas ini mulai muncul pascapendudukan yang memicu berbagai kekerasan dan akhirnya menarik Iraq dalam lingkaran perang saudara. “Dulu di bawah pemerintahan Saddam, pemalsuan identitas merupakan hal yang sangat memalukan namun kini hampir semua orang melakukannya," kata pemilik toko buku itu lagi. (na-str/iol)