Menlu Itali Franco Frattini mengatakan dirinya akan meminta pemerintah negaranya untuk memberi suaka politik bagi warga Afghanistan yang murtad dari Islam menjadi pemeluk Nasrani. Dalam keterangan yang dikatakannya (28/3), Frattini yang juga menjabat sebagai wakil PM Itali menegaskan dirinya akan memberi suaka politik bagi warga Afghanistan bernama Abdurrahman dalam pertemuannya dengan Dewan Eksekutif Itali hari ini (29/3). Franco Frattini menyatakan kemarahan dirinya dan juga negaranya terhadap kasus pengadilan Abdurrahman, yang ditolak pengampunannya. Meskipun Presiden Afghanistan Hamid Karzay juga telah menjamin perlindungan terhadap Abdurrahman.
Seperti diberitakan, Abdurrahman memang telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan suaka politik dari luar Afghanistan terkait problematika yang ia alami. Jubir PBB Adrean Edward mengatakan, “Kami menduga permohonan ini akan mendapat respon dari Negara manapun yang menghendaki penyelesaian damai terhadap masalah ini.” Meskipun demikian diplomat barat memandang tema pemberian suaka kepada Abdurrahman adalah tema sensitif sehingga negara manapun yang memberikan suaka kepadanya bisa terancam bahaya, terkait dengan sasaran orang-orang yang tidak menghendaki hal itu.
Beberapa waktu lalu, pemerintah AS mengatakan, pihaknya akan memberi dukungan kepada Abdurrahman. Jubir Kedutaan Besar AS di Amerika mengatakan, “Kami akan bekerjasama dengan pemerintah Afghanistan guna menjamin keselamatannya, dan menggiring opini umum Afgnanistan untuk komitmen dengan sikap tenang.”
Abdurrahman (41) telah dibebaskan oleh pengadilan beberapa hari lalu. Ia ditahan pada Februari di Kabul setelah keluarganya mengajukan kasus dirinya yang telah murtad dari agama Islam. Pembebasan ini, dilakukan setelah satu hari penolakan pengadilan terhadap proses hukum Abdurrahman karena tidak ditemukannya bukti-bukti yang kuat tentang kasusnya. Keputusan hukum itupun terjadi setelah tekanan dari sejumlah Negara Barat termasuk AS di mana AS telah berkomitmen untuk memberi dukungan maksimal menjamin hak Abdurrahman memilih agamanya sendiri.
Masalah ini menjadi perdebatan luas di sejumlah negara yang kini mengirimkan pasukannya di Afghanitan, termasuk Kanada, Italia, Jerman dan Australia. Kantor berita Italia menyebutkan bahwa Paus Paulus telah mengirimkan surat khusus kepada Presiden Afghanistan melalui Menlu Vatikan agar menghormati HAM sesuai teks undang-undang Afghanistan yang baru.
Italia selama ini dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan Afghanistan. Mantan raja Afghanistan, Zahir Syah, pernah hidup dalam pengasingannya bersama keluarga di Roma selama 30 tahun sebelum kemudian ia kembali lagi ke Kabul, paska runtuhnya penguasaan Thaliban tahun 2001. (na-str/iol)