Kelompok-kelompok misionaris Kristen memanfaatkan kemiskinan warga Bangladesh untuk menarik mereka pindah agama ke agama Kristen. Kelompok-kelompok misionaris itu menjanjikan pekerjaan dan uang dalam melakukan misi pemurtadannya.
Hal tersebut diungkap oleh seorang pejabat kementerian keagamaan Bangladesh. Namun sumber itu tidak mau disebut namanya, dengan alasan ini adalah persoalan yang sensitif. Menurutnya, bukan hanya Muslim yang dimurtadkan oleh kelompok misionaris itu.
"Setiap tahun, makin banyak warga miskin penganut agama Hindu, Budha, Muslim dan orang-orang yang tinggal di pedalaman, berpindah agama menjadi penganut Kristen, setelah mereka diberikan bantuan keuangan, " kata sumber itu.
Misi pemurtadan ini akibat kemiskinan dan persoalan ekonomi ini juga diakui oleh seorang pimpinan surat kabar terkemuka di Bangladesh, Abdullah Al-Faruque. Ia mengatakan, para pengunjung gereja setiap hari Minggu kebanyakan adalah warga miskin.
Konsultan pendidikan Abdur Rahman Mallick menambahkan, "Kelompok misionaris Kristen dan lembaga swadaya masyarakat banyak yang melakukan aktivitas pemurtadan dengan kedok pelayanan sosial dan kegiatan pembangunan."
Menurut Mallick, jumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang melakukan aktivitas pemurtadan jumlahnya mencapai ratusan, antara lain LSM bernama Wolrd Vision, CARITAS, Young Men’s Christian Association (YMCA) dan Rangpur Dianjpur Rehabilitation Sangha (RDRS).
Sayangnya, Kementerian Agama Bangladesh tidak memiliki data berapa penambahan jumlah penganut Kristen di negeri itu. "Saya tidak punya informasi tentang meningkatnya jumlah populasi Kristiani di Bangladesh. Karena tidak ada departemen khusus di sini yang melakukan pemantauan berapa banyak orang yang pindah agama ke Kristen, " kata Sekretaris Kementerian Agama, Ataur Rahman.
Bangladesh adalah negara yang hampir 85 persen penduduknya Muslim, sisanya yang 15 persen terbagi antara pemeluk agama Hindu, Budha dan Kristen.
Seorang pendeta dari Gereka Kakrail, Pendeta Linto mengungkapkan, mereka bebas menyebarkan agama Kristen di Bangladesh. Ia juga mengakui bahwa setiap bulan pasti ada saja sejumlah orang yang datang ke gerejanya untuk masuk Kristen. "Kami mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Meski minoritas, kami memiliki kekuatan yang cukup berpengaruh di masyarakat, " kata Pendeta Linto.
Gerakan misionaris di Bangladesh berkembang pesat sejak tahun 1690-an. Saat ini ada lebih dari 500 gereja di Bangladesh. Di gereja Kakrail saja, ada sekitar 350 pendeta dan 500 biarawati yang melakukan aktivitas misionaris. Para pendeta dan biarawati ini melakukan pemurtadan dengan licik agar tidak terlalu menarik perhatian masyarakat. Misalnya dengan menggunakan bahasa Arab atau istilah-istilah Islam dalam kegiatan misionarisnya.
Sebagai contoh, para misionaris itu menyebut alkitab mereka sebagai "Injil Sharif" dan mereka juga melakukan ibadah seperti yang dilakukan Muslim. Orang yang masuk Kristen juga dibolehkan untuk tetap memakai nama Islam mereka.
Presiden Misi Masjid Bangladesh, Maulana Atqur Rahman sudah mendesak pemerintah agar segera mengambil tindakan atas aktivitas pemurtadan ini. "Memurtadkan orang dengan cara memberikan iming-iming uang tidak bisa dibenarkan dan merupakan tindakan amoral, " kata Fazlur Rahman, direktur penerbitan dan dakwah Islam pemerintah. (ln/iol)