Warga Muslim dan non Muslim di AS dinilai perlu menggalang kerjasama untuk menciptakan kesempatan yang sama bagi warga Muslim, untuk lebih berperan dalam bidang politik dan aktivitas sipil lainnya.
Demikian salah satu kesimpulan hasil penelitian yang disponsori oleh Chicago Council on Global Affairs dan Woodrow Wilson International Center for Scholars yang berbasis di Washington.
Penelitian yang dilakukan selama setahun itu, melibatkan sebuah gugus tugas yang beranggotakan sejumlah mantan anggota legislatif AS, politisi, kalangan pebisnis dan profesor. Di antaranya adalah mantan anggota Kongres Lee Hamilton yang pernah mengetuai tim Iraq Study Group.
Dalam kesimpulan hasil penelitian, seperti dilansir Reuters Selasa (26/6), disebutkan bahwa warga Muslim AS memainkan peranan penting dalam sejumlah isu nasional seperti masalah kesehatan, keimigrasian dan terorisme. Namun warga Muslim di AS, menurut penelitian itu, selama ini kurang memiliki institusi-institusi yang kuat dan diakui publik, serta kurang bersuara secara politis agar bisa masuk ke lingkaran pemerintahan dan media.
Untuk itu, para pemuka umat Islam di AS disarankan untuk meningkatkan jaringan kerjasama mereka, berinteraksi dengan para generasi muda Muslim dan berperan sebagai "duta masyarakat" dari komunitas Muslim.
Tim peneliti menyatakan, mereka memahami sulitnya situasi dan posisi warga Muslim di AS, terutama sejak peristiwa 11 September. "Sejumlah institusi-insitusi Muslim yang sudah eksis menghindari isu-isu terkait kebijakan luar negeri AS karena tidak ingin menjadi sasaran pemeriksaan atau pengamatan pemerintah, " demikian bagian isi laporan hasil penelitian.
Saat ini jumlah warga Muslim AS antara enam sampai tujuh juta orang, kurang dari 3 persen dari 300 juta total jumlah penduduk AS.
Salah seorang ketua dari tim peneliti, mantan anggota Kongres dari Partai Republik, Lynn Martin menyatakan, peran serta warga Muslim dalam masalah publik dan politik sangat krusial bagi kemaslahatan AS.
"Muslim dan Non Muslim harus bekerja sama, karena kami meyakini Amerika akan rugi jika tidak ada peran serta dari warga Muslim dalam ranah sipil maupun politik, " ujar Lynn seperti dikutip Associated Press.
Hasil penelitian itu menyebutkan, enam tahun setelah serangan 11 September, warga Muslim masih tetap berada "diluar" lingkaran masyarakat AS. Warga Muslim dinilai gagal melebur ke dalam masyarakat, termasuk kalangan Muslim yang berpendidikan yang sebenarnya memiliki potensi untuk memberikan kontribusi penting bagi masyarakat.
Hasil studi yang dilakukan tim ini agak berbeda dengan hasil studi yang dilakukan Pew Research Center (PRC) baru-baru ini, yang menyimpulkan bahwa warga Muslim AS mampu berasimilasi dengan baik di AS. Mereka hidup bahagia dan lebih moderat dibandingkan warga Muslim yang hidup di negara-negara lain.
Namun PRC mengingatkan, situasi di mana warga Muslim dicurigai dan dimarginalkan akan memicu munculnya kelompok-kelompok Muslim yang radikal. Dalam hal ini, AS nampaknya harus berkaca dan introspeksi diri, jika ingin mendapatkan simpati dan partisipasi dari warga Muslim untuk bersama-sama membangun dan menyejahterakan negaranya. (ln/iol)