Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki memerintahkan penghentian pembangunan tembok pemisah antara wilayah Sunni dan Syiah di Baghdad, yang dilakukan oleh pasukan AS.
Pasukan AS mulai membangun tembok di sekitar wilayah Adhamiyah-kawasan mayoritas Sunni yang dikelilingi oleh wilayah mayoritas Syiah di kota Baghdad-dua pekan lalu. Pembangunan tembok pemisah ini menimbulkan kemarahan para pejabat pemerintah dan rakyat Irak.
PM Irak Nuri al-Maliki menyatakan kan menentang pembangunan tembok tersebut dan memerintahkan agar pembangunannya dihentikan. "Ada cara lain untuk melindungi warga, " tukas Maliki.
Menurutnya, pembangunan tembok pemisah itu, hanya mengingatkan dunia pada pembangunan tembok serupa seperti tembok Berlin yang sudah diruntuhkan dan tembok pemisah yang dibangun Israel di Tepi Barat.
Sementara pihak AS beralasan, pembangunan tembok pemisah itu bertujuan untuk meredam pertikaian antar etnis yang belakangan makin meningkat. Militer AS di Irak rencananya akan membangun tembok serupa di empat wilayah lainnya di Irak, antara lain di wilayah Amiriya, Khadra, wilayah Rashid Timur dan Rashid Barat.
"Kami tidak sedang mengisolasi warga, tapi kami mengontrol akses ke wilayah mereka. Ini adalah taktik dan bukan sebuah perubahan strategi untuk memecah belah Baghdad berdasarkan sektarian, " kata juru bicara militer AS Letnan Kolonel Scott Bleichwehl mengomentari protes al-Maliki.
Seorang warga Baghdad, Adnan Shuhab berkomentar tentang pembangunan tembok pemisah itu. "Kami mendengar bahwa pembangunan tembok semacam itu hanya terjadi antara Israel dan Palestina, " katanya.
"Pertama, mereka ingin memisahkan kami dan menanamkan sektarianisme di pemikiran kami. Kedua, kami, bangsa Irak dan kami sudah bersatu selama ribuan tahun, " sambung Shuhab.
Namun, keprihatinan warga Irak atas pembangunan tembok pemisah itu, ditanggapi oleh pasukan AS sebagai lelucon dengan menyebut tembok pemisah yang mereka bangun dengan sebutan "Tembok Raksasa Adhamiyah. "
Bagi Amir Najim, juga warga Baghdad, tembok pemisah itu tidak lain hanya untuk mengisolasi warga Irak. Ia berujar, "Dengan keputusan semacam itu, mereka sedang berusaha melakukan provokasi bernuansa sektarian. Ketika mereka mengisolasi wilayah Adhamiyah dari kota Sadr atau kota Ghazaliyah, mereka secara sengaja telah berusaha membuat provokasi. "
Para pemuka masyarakat di Baghdad menyatakan, pembangunan tembok pemisah di Adhamiya tanpa meminta persetujuan mereka. Kepala Dewan Kota Adhamiya, Daud al-Azami mengatakan, "Beberapa hari yang lalu, kami bertemu dengan militer AS yang bertugas di Adhamiya dan mereka meminta kami, sebagai dewan kota untuk menandatangani dokumen pembangunan tembok pemisah itu, untuk meredam aksi pembunuhan dan serangan terhadap pasukan AS dan Irak. "
"Saya katakan pada mereka, bahwa saya tidak akan menandatangani dokumen itu sebelum membicarakannya dengan semua warga. Kami kemudian memberitahukan tentang rencana itu pada warga saat sholat Jumat, dan dewan kota kami belum menyetujui proyek itu tapi ternyata pembangunannya sudah dilakukan, " papar al-Azami.
Melihat makin kuatnya kecaman dan penolakan terhadap pembangunan tembok pemisah itu, Komandan Militer Irak Letnan Kolonel Abboud Qanbar dalam siaran di televisi Irak mengatakan, tembok-tembok pemisah itu bisa dimodifikasi atau dihancurkan kapan saja, tapi pembangunan tembok-tembok itu untuk untuk keperluan keamanan. (ln/aljz)