Ribuan warga Irak turun ke jalan, Rabu (14/6) memprotes kedatangan Presiden AS George W. Bush yang ‘tidak diundang’. Sementara itu, media massa di AS menilai Bush sedang mencari perhatian dengan kunjungannya ke Irak yang dilakukan secara diam-diam.
"Irak untuk Irak", "Penjajahan, No", itulah slogan-slogan yang diteriakan para pengunjuk rasa sambil long march di wilayah Kazimiyah. Mereka mengibar-ngibarkan bendera-bendera Irak dan gambar pemimpin Syiah Muqtada al-Sadr. Para pengunjuk rasa itu juga menuntut agar pasukan AS ditarik mundur dari Irak.
"Kunjungan itu merupakan pelanggaran berat bagi kedaulatan Irak. Dia (Bush) tidak diundang, bahkan pemerintah tidak tahu tentang kedatangannya," kata Abdul Hadi al-Daraji, pembantu senior al-Sadr.
Di Irak, al-Sadr adalah pemimpin dua kelompok pejuang yang melawan keberadaan pasukan AS dan ia sendiri sangat vokal mengkritik penjajahan yang dilakukan pasukan AS.
Seperti diberitakan, kunjungan dadakan Bush ke Irak dilakukan secara diam-diam dan rahasia, layaknya cerita-cerita spionase di novel-novel. Pejabat AS yang tahu kepergian Bush ke Irak, hanya Menlu Condolezza Rice, Menhan Donald Rumsfeld dan Wapres Dick Cheney. Bahkan PM Irak Nuri al-Maliki tidak diberi tahu tentang kedatangan Bush hari Selasa (13/6). Para pejabat Irak baru mengetahui kedatang Bush, setelah helikopter yang membawa Bush mendarat di Baghdad.
Media Massa AS Kecam Kunjungan Bush
Media massa AS menilai kunjungan Bush ke Irak secara diam-diam sebagai upaya Bush menarik perhatian publik. Sejumlah media massa terkemuka di AS mengkritik kunjungan tersebut.
USA Today mengatakan kunjungan itu merupakan bagian dari ‘serangan hubungan massa’ Bush untuk menopang dukungan yang makin merosot terhadap perang Bush di Irak.
"Kondisi perjalanan itu sendiri mengilustrasikan bahwa kenyataan yang ada tidak semudah yang dibayangkan.keamanan tetap memburuk saat Bush berada dan meninggalkan Baghdad dalam beberapa jam," tulis koran nasional itu.
USA Today juga menegaskan bahwa pasukan AS harus segera dipulangkan,"Tidak ada yang tersisa untuk mati, untuk menyelamatkan muka, seperti yang terjadi dalam perang panjang di Vietnam."
Surat kabar New York Time dalam editorialnya menulis, kepergian Bush ke Irak "untuk menambah berita dari dua berita bagus-terlambatnya kepastian mengenai tiga menteri dalam kabinet Irak dan tewasnya Abu Musab Az Zarqawi."
Times dengan nada menyindir mengatakan, jika rakyat AS menanyakan apakah perjalanan Bush ke Irak merupakan ‘upaya presiden untuk menarik perhatian (atau) merupakan titik balik bagi perang panjang di Irak, penasehat Bush, Karl Rove punya jawabannya.
"Kalangan demokrat tidak akan pernah menyampaikan perintah untuk membunuh Az Zarqawi," kata Rove dalam pidatonya di New Hampshire, sebagai bagian dari kampanyenya untuk kalangan Republik menjelang pemilu legislatif bulan November mendatang. (ln/iol)