Wakil Presiden AS Dick Cheney meminta negara-negara sekutu AS di jazirah Arab untuk mencegah makin meningkatnya pengaruh Iran di wilayah itu.
Cheney juga mengingatkan bahwa AS dan para sekutunya akan membatasi negara para Mullah itu dari lalu lintas laut, termasuk mencegah berlanjutnya program nuklir Iran.
Cheney mengungkapkan hal tersebut di atas kapal induk USS John C Stennis yang sedang meluncur ke kawasan Teluk dalam rangka kunjungannya ke negara-negara Timur Tengah.
"Kami akan berdiri bersama negara-negara lainnya untuk mencegah Iran mencapai program nuklirnya dan mendominasi wilayah ini, " kata Cheney yang juga meminta sekutunya, Arab Saudi untuk lebih banyak membantu Irak, padahal yang menyebabkan kehancuran di Irak adalah duet pemerintahan Bush dan Cheney.
Namun Arab Saudi baru-baru ini menyatakan bahwa negaranya menentang pemerintahan Nuri al-Maliki-pemerintahan boneka AS di Irak-karena al-Maliki dituding sangat dekat dengan Iran.
Selain meminta dukungan Arab Saudi atas keberadaan AS di Irak, Cheney juga akan meminta dukungan yang sama pada Presiden Uni Emirat Arab Syaikh Khalifa bin Zayed al-Nahyan. Cheney bahkan akan meminta Uni Emirat Arab untuk menutup perusahaan-perusahaan Iran yang ada di negeri itu. Cheney menuding perusahaan-perusahaan tersebut telah memberikan memberikan bantuan bagi pengembangan nuklir Iran.
Sementara itu, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad rencananya juga akan berkunjung ke Uni Emirat Arab dalam dua hari mendatang. Dalam kunjungannya, Ahmadinejad akan meminta Uni Emirat Arab dan negara-negara Teluk, agar memutuskan aliansi militernya dengan Washington dan bergabung dengan Iran untuk menggalang kekuatan bersama di kawasan Teluk.
Saat ini, AS menempatkan sekitar 40 ribu pasukan serta sekitar 20 ribu pelaut dan anggota marinirnya di negara-negara Teluk, tidak termasuk di Irak.
Terkait nuklir Iran, penantau pengembangan nuklir PBB membantah laporan yang menyebutkan bahwa Irak menghalang-halangi tim pemantau PBB yang ingi memeriksa fasilitas nuklir Iran.
"Tidak benar, pemberitaan media yang mengatakan bahwa IAEA tidak bisa mendapatkan akses ke Natanz, kata Marc Vidricaire, juru bicara IAEA.
"Kami tidak ditolak untuk masuk kapanpun, termasuk dalam beberapa minggu kemarin. Sebenarnya kami tidak mau mengomentari pemberitaan-pemberitaan ini, tapi kali ini kami merasa bahwa kami harus menjelaskan persoalan ini, " tukasnya. (ln/aljz)