Walikota Yerusalem memutuskan untuk menghentikan sementara pengerjaan konstruksi di kompleks Masjid al-Aqsha, yang telah memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Liga Arab bahkan menyebut pengerjaan konstruksi itu sebagai "serangan jahat."
Keputusan Walikota Yerusalem, Uri Lupolianski itu diumumkan melalui radio Israel, Minggu (11/2) tengah malam.
Pengerjaan konstruksi berupa penggalian di sekitar kompleks Masjid al-Aqsha, telah menimbulkan aksi protes warga Palestina di Ghaza dan Tepi Barat selama akhir pekan kemarin, yang berujung pada bentrokan fisik dengan aparat kepolisian Israel.
Setelah bentrokan-bentrokan itu, Israel mengerahkan lebih dari dua ribu aparat kepolisiannya untuk mengamankan lokasi penggalian. Polisi Israel melarang warga Palestina dan Muslim laki-laki yang berusia di bawah 45 tahun untuk memasuki lokasi kompleks Masjid suci ketiga umat Islam yang terletak di Kota Tua, Yerusalem Timur.
Sebelumnya, kabinet Israel memutuskan pengerjaan penggalian itu tetap dilanjutkan sampai selesai, meski telah menimbulkan ketegangan di Palestina dan menuai kecaman dari dunia Islam. PM Israel Ehud Olmert menolak menghentikan kegiatan penggalian dengan alasan, aktivitas itu tidak membahayakan keberadaan Masjid al-Aqsha.
Kota tua di Yerusalem dan situs-situs bersejarahnya, sejak lama sudah menjadi salah satu isu sentral konflik antara Palestina-Israel. Kunjungan mantan PM Israel, Ariel Sharon ke kompleks Masjid al-Aqsha bahkan memicu bangkitnya gerakan Intifadha kedua pada September 2002 lalu. (ln/aljz)