Meski kurang populer, masyarakat Muslim di Austria dan Nigeria merayakan tahun baru Islam yang jatuh pada 1 Muharram, di Indonesia bertepatan dengan hari Selasa (31/1) kemarin. Sedangkan di Austria, tanggal 1 Muharram jatuh pada hari Rabu (1/2) dan untuk pertama kalinya dan satu-satunya negara di Eropa, Austria secara resmi merayakan tahun baru Islam.
"Kami merayakan tahun baru Hijriah seperti kami merayakan tahun baru Masehi," kata walikota Wina, Michael Häupl dalam acara perayaan tahun baru Islam di gedung walikota Wina.
"Muslim Austria adalah bagian dan merupakan ‘pemberian’ yang berharga bagi masyarakat Austria dan kami bersama-sama merayakan kebahagian dan keceriaan tahun baru Hijriah," sambung Michael.
Perayaan tahun baru Islam itu merupakan inisiatif Michael. Ia mengundang para duta besar negara-negara Muslim di Austria dan pemuka agama Islam di negeri itu. Michael mengungkapkan penghormatannya yang besar terhadap warga minoritas Muslim di Austria yang jumlahnnya mencapai 500 ribu orang atau sekitar 6 persen dari 8 juta penduduk Austria. Dengan jumlah itu, agama Islam yang secara resmi diakui di Austria pada 1908, menjadi agama kedua terbesar di negara yan mayoritas penduduknya menganut Kristen Katolik.
"Ini merupakan yang pertama kali di Austria dan mungkin di seluruh benua Eropa bahwa sebuah negara di Eropa merayakan tahun baru Islam," ujar Amr Al-Rawi, anggota parlemen dan penanggung jawab bidang integrasi di Islamic Religious Authority Austria.
Perayaan ini, sambung Al-Rawi, merefleksikan hubungan yang erat antara warga minoritas Muslim dan pejabat pemerintahan di Austria yang dengan tulus hati bersama-sama merayakan hari besar umat Islam. Hal ini sekaligus menandai peranan dan keberadaan warga Muslim di Austria.
"Ini juga menggambarkan peranan warga Muslim dalam meningkatkan posisinya di kalangan umat Islam dan Arab disatu sisi dan meningkatkan hubungan dengan negara Austria di sisi lain," tambah Al-Rawi.
Austria, merupakan salah satu negara Eropa yang bersikap lebih terbuka terhadap keberadaan warga Muslim di negaranya. Presiden Austria Heinz Fischer berulang kali mengatakan bahwa Islam bukanlah musuh Barat.
Dalam kesempatan perayaan tahun baru Islam, walikota Wina juga menyampaikan kecamannya terhadap publikasi kartun Nabi Muhammad. "Kami tidak bisa menerima penghinaan terhadap agama apapun, nilai-nilai dan simbol-simbol keagamaan. Gambar-gambar yang dipublikasikan Jyllands-Posten sudah melanggar kehormatan terhadap seluruh kawasan ini. Kami menolak segala bentuk provokasi terhadap umat Islam untuk menguji kesetiaan mereka terhadap negara asal mereka. Hubungan dengan umat Islam harus berdasarkan pada sikap saling menghormati," tegas Michael.
Tahun Baru Islam di Nigeria
Lain di Austria, lain di Nigeria. Negara yang terletak di kawasan benua Afrika ini, untuk pertama kalinya menetapkan tahun baru Islam 1427 H sebagai hari libur nasional di negara bagian Kano, Sakoto, Katsina dan Zamfara yang sudah menerapkan hukum Syariah. Bersamaan dengan itu, pemerintah Nigeria diserukan untuk menggunakan kalender hijriah di seluruh departemen-departemen pemrintahan.
"Negara bagian ini mendeklarasikan tahun baru Hijriah sebagai hari libur nasional untuk semua pegawai pemerintahan sehingga mereka bisa merayakan tahun baru ini, yang melekat di hati kaum Muslimin," demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan pemerintah negara bagian Kano.
Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa negara bagian Kano sudah menerapkan hukum Syariah dan sudah selayaknya mengedepankan identitas keIslamannya dan menghargai hari-hari besar Islam.
Dari sensus penduduk Nigeria baru-baru ini, jumlah warga Muslim mencapai 55 persen dari 133 juta jumlah populasi di Nigeria. 40 persen penduduknya menganut agama Kristen dan 5 persen menganut animisme. Dari 36 negara bagian di Nigeria, 8 di antaranya sudah menerapkan hukum Syariah. Zamfara, adalah negara bagian pertama yang menerapkan hukum Syariah pada November 1999 yang diikuti dengan negara bagian Sakoto, Katsina, Kaduna, Niger, Yobe dan Kano pada tahun 2000.
Negara-negara bagian di utara Nigeria, mayoritas penduduknya beragama Islam. Mereka berharap, negara-negara bagian di selatan Nigeria juga menetapkan tahun baru Islam sebagai hari libur nasional. Namun pemerintah federal menolak seruan itu. Bagi warga Nigeria, sangat logis jika pemerintah federal menetapkan tahun baru Islam sebagai hari libur resmi mengingat lebih dari 65 persen penduduk Nigeria adalah Muslim.
Pada saat yang sama, pemimpin negara bagian Kano Haji Ibrahim Shekarau menghimbau agar departemen-departemen pemerintahan di seluruh Nigeria mulai menggunakan kalender Hijriah. "Penggunaan kalender Hijriah menunjukkan rasa memiliki kita terhadap peradaban Islam dan kebudayaan Islam yang menjadi sumber hukum Syariah di negara kita," katanya.
Shekarau sudah menerapkan penggunaan kalender Hijriah di negara bagian Kano bersamaan dengan penggunaan kalender Masehi di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintahan. (ln/iol)