Harapan warga Muslim di New York agar sekolah-sekolah memberlakukan hari libur pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, kandas karena walikota New York Michael Bloomberg menolak usulan itu. Bloomberg beralasan, jika usulan ini dikabulkan maka kelompok-kelompok agama yang lain akan menuntut hal yang sama.
"Salah satu persoalan yang kita hadapi di kota yang penduduknya sangat beragam adalah, jika kita meliburkan sekolah-sekolah di setiap hari besar keagamaan, lama-lama tidak ada sekolah," kata Bloomberg.
Padahal otoritas pendidikan sekolah umum di New York, meliburkan sekolah-sekolah setiap perayaan hari Natal dan hari besar agama Yahudi seperti Hari Yom Kippur, Rosh Hashanah, Hanukkah, sehingga para siswa bisa berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan hari keagamaan mereka. Tapi hari libur sekolah tidak diberlakukan pada hari besar umat Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Padahal, menurut data Coalition for Muslim School Holidays, jumlah siswa-siswa Muslim di sekolah-sekolah umum di New York cukup besar, sekitar 12 persen dari total siswa sekolah-sekolah umum di kota itu.
Robert Jackson, anggota legislatif di AS yang mendukung penerapan hari libur untuk hari raya umat Islam mengkritik sikap Bloomberg. Ia menuding walikota New York itu sudah bersikap diskriminatif.
Namun pendapat berbeda dilontarkan pimpinan Islamic Cultural Center di Manhattan, Imam Shamsi Ali. Ia menilai sikap Bloomberg bukan diskriminatif. "Saya pikir dia (Bloomberg) tidak bermaksud untuk melakukan tindakan diskriminatif. Saya memandang sikap Bloomber sebagai sikap yang tidak fair, tidak adil," kata Shamsi Ali.
Ia malah memuji Bloomberg yang menurutnya memiliki jejak rekam yang baik terhadap warga minoritas di New York. Bloomberg misalnya, menunjuk Omar Mohammed untuk memimpin Komisi Hak Asasi Manusia warga Arab dan Muslim New York. Dan Mohammed menjadi muslim pertama yang ditunjuk memimpin komisi itu.
Shamsi Ali mengatakan, ia akan bekerjasama dengan para pimpinan berbagai agama untuk melakukan pendekatan pada Bloomberg agar mengubah keputusannya. Apalagi usulan agar sekolah umum memberlakukan hari libur pada hari besar Islam juga didukung oleh sejumlah tokoh agama lainnya.
"Ini masalah persamaan hak. Jika sekolah-sekolah diliburkan untuk keperluan kelompok agama tertentu, maka Muslim juga selayaknya mendapat hak yang sama. Saya tidak setuju dengan alasan Bloomberg," kata Pendeta Allen Pinckney dari United Methodist Church, Harlem.
Dukungan serupa dilontarkan Rabbi Mordechai Hect dari Kew Gardens Jewish Center. Ia menilai otoritas kota New York harus memberikan hak hari libur yang sama pada Muslim seperti yang diberikan pada penganut Kristen dan Yahudi.
Sementara, Rabbi Moshe Edelman, direktur Congregational Standards for the United Synagogue of Conservative Judaism menyatakan, komunitas Yahudi akan memberikan dukungan pada komunitas Muslim untuk memperjuangkan hari libur di hari besar agama Islam.
"Dengan makin pesatnya pertumbuhan komunitas Muslim, walikota seharusnya menyetujui usulan itu sebagai penghormatan kepada warga Muslim. Saya yakin, masalah ini tidak akan menimbulkan kontroversi," tukas Rabbi Moshe. (ln/iol)