Tanpa bermaksud menuduh bahwa pemerintah AS berada dibalik peristiwa 11 September, Presiden Venezuela Hugo Chavez mengatakan, bukan tidak mungkin pemerintah AS ikut terlibat dalam peristiwa kelabu itu. Oleh sebab itu, menurut Chavez, ada baiknya teori-teori yang menyebut pemerintah AS berperan dalam serangan tersebut, dikaji lebih mendalam.
Pemimpin Venzuela yang kerap mengkritik Presiden AS George W. Bush ini melontarkan komentarnya itu setelah stasiun televisi nasional Venezuela menayangkan program investigasi yang menghasilkan teori bahwa Menara Kembar WTC dihancurkan dengan bahan peledak setelah pesawat yang dibajak menghantam kedua gedung itu pada 11 September 2001.
"Hipotesa itu tidak mustahil… bahwa kedua menara itu mungkin diledakan dengan dinamit. Sebuah gedung tidak akan runtuh seperti itu, kecuali oleh sebuah ledakan," ujar Chavez dalam pidato di depan para pendukungnya, Selasa (12/9).
"Hipotesa yang makin menguat… bahwa kekuatan imperial AS-lah yang merencanakan dan melakukan serangan teroris yang mengerikan ini, mengorbankan rakyatnya sendiri dan masyarakat dunia," sambung Chavez.
Mengapa hal itu dilakukan AS? Menurut Chavez, untuk membenarkan agresi AS ke Afghanistan dan Irak, untuk menjamin kekuatan ekonomi dan politiknya.
Keanehan lainnya yang terjadi dalam rangkaian serangan pada 11 September 2001, menurut Chaves adalah ketika sebuah pesawat menghantam Pentagon, tak seorangpun yang berhasil menemukan sisa-sisa pesawat.
Selain Chavez, Menlu Nicolas Maduro juga meyakini teori yang menyebut bahwa pemerintah AS ada dibalik serangan 11 September. Dalam pidatonya, ia menyerukan agar dilakukan sebuah penyelidikan yang independen.
"Sangat mencemaskan bahwa itu semua kemungkinan sebuah konspirasi besar yang bertentangan dengan kemanusiaan. Sebuah penyelidikan internasional yang independen harus dilakukan untuk mengungkap kebenaran peristiwa 11 September," kata Maduro. (ln/worldnews)