Venezuela Nyatakan Keluar dari IMF dan Bank Dunia

Presiden Venezuela Hugo Chavez menyatakan, negaranya akan keluar dari keanggotaan IMF dan Bank Dunia karena sudah tidak membutuhkan lagi kedua institusi tersebut. Sebagai alternatif mendapatkan pinjaman, Venezuela akan beralih pada bank yang akan dibentuk oleh negara-negara Amerika Selatan.

"Saya ingin memformalkan pernyataan keluarnya kami dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Kami memutuskan menarik diri sebelum mereka (World Bank dan IMF) merampok kami dan pergi, " ujar Chavez.

Untuk itu, Chavez sudah memerintahkan menteri keuangannya Rodrigo Cabezas untuk segera memproses keluarnya Venezuela dari Bank Dunia dan IMF.

Sejak memegang tampuk pemerintahan Venezuela tahun 1999, Chavez sedikit demi sedikit memang mengurangi ketergantungan negaranya pada kedua lembaga keuangan itu.

Chavez berkeinginan menggalang negara-negara Amerika Latin untuk membentuk bank sendiri, yang disebut ‘Bank of the South’. Ia berjanji akan mendukung pendirian bank ini lewat pendapatan hasil minyaknya.

Chavez pada hari Minggu kemarin juga melontarkan ide pendirian lembaga baru dana operasi regional dan menawarkan kontribusi dana sebesar 250 juta dollar.

Seiring dengan meningkatnya devisa negara akibat meningkatnya harga minyak, Venezuela menyatakan akan segera melunasi hutang-hutangnya pada Bank Duni bulan ini juga. Ia juga mengumumkan kenaikan gaji minimum sebesar 20 persen serta pengurangan jam kerja secara bertahap menjadi hanya enam jam sehari. Pengurangan jam kerja itu, sebagai bentuk penolakannya terhadap kebijakan IMF dan Bank Dunia.

Chavez juga melakukan program nasionalisasi. Ia rencananya akan memimpin aksi unjuk rasa mendesak pengambilalihan operasional proyek-proyek perminyakan di Orinoco Belt, yang saat ini dikelola oleh sejumlah perusahaan asing dunia.

Chavez berjanji akan mengambil alih sedikitnya 60 persen dari empat proyek yang ada, dengan nilai lebih dari 30 milyar dollar.

Perusahaan-perusahaan AS seperti ConocoPhillips, Chevron, ExxonMobil dan perusahaan milik Inggris BP, Statoil milik Norwegia dan Total dari Prancis, sudah setuju untuk mematuhi pemindahan kontrol operasional perusahaannya pada Venezuela.

Yang paling kesal dengan sikap Chavez tentu saja Amerika Serikat. Menlu AS Condoleezza Rice menilai Chavez telah merusak "politik dan ekonomi" negaranya sendiri.

Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah negara khususnya di Amerika Latin menyatakan tidak mau lagi bergantung pada IMF dan Bank Dunia. Selain Chavez, pemimpin negara Nikaragua, Daniel Ortega pada hari Minggu kemarin juga menyatakan, dirinya berharap bisa "keluar dari penjara itu." Penjara yang ia maksud adalah jerat hutang-hutang yang didisain IMF.

"Kami akan menegosiasikan pada lembaga dana itu untuk meninggalkan lembaga dana tersebut, " kata Ortega. (ln/aljz)