Sehari sebelum sidang berakhir, enam pencari suaka Uzbek dideportasi dari Norwegia , dan mereka ditayangkan pada acara di televisi sebagai orang orang “pengkhianat” dan “ekstremis ” atas tanah airnya.
Dalam acara televisi tersebut , yang diberi judul Pengkhianatan, yang melawan Tanah Air, di televisi Uzbekistan pada awal Desember 2014 menunjukkan beberapa pria Muslim berusia antara 28 tahun dan 37 tahun dengan kepala yang dicukur botak dengan wajah polos.
Dalam tayangan , mereka semua dituduh telah bergabung dengan “kelompok teroris” – Gerakan Islam Turkestan – yang merencanakan untuk menerapkan syariat Islam dan menggulingkan pemerintahan sekuler Islam Karimov .
Dua minggu kemudian mereka semua dihukum 12-13 tahun penjara oleh rezim Uzbek.
Apa yang tidak disebutkan adalah orang-orang itu kemudian disiksa dalam tahanan, menurut laporan oleh Asosiasi untuk Hak Asasi Manusia di Asia Tengah, atau AHRCA.
Mereka dipukuli dengan pentungan karet, disetrum, dan dibiarkan kelaparan sampai enam hari, kata laporan mengutip informasi dari keluarga terdakwa. Mereka memiliki pengacara yang ditunjuk negara tapi pengacara itu mengabaikan permintaan mereka, mereka para pengacara tahu tentang adanya penyiksaan, tetapi tidak pernah meminta saran dari ahli medis.
Penyiksaan adalah praktek yang sangat umum di rezim Uzbekistan.
Bagi mereka yang mengikuti perkembangan politik di negara yang paling padat penduduknya dan represif di Asia Tengah, percobaan dan penyiksaan terhadap enam orang itu tidaklah mengejutkan sama sekali.
“Kasus ini khas untuk pengadilan Uzbek,” ujar Nadejda Atayeva, kepala AHRCA yang tinggal di Perancis setelah melarikan diri dari Uzbekistan pada tahun 2000, ia mengatakan kepada Al Jazeera. ” lihatlah bagaimana propaganda pemerintah – mereka menciptakan sebuah film dokumenter sebelum sidang -. Mereka mengabaikan prinsip praduga tak bersalah”
Sekitar 12.500 tahanan politik di Uzbekistan – mereka mengalami penyiksaan sistematis: siksaan sesak napas, siksaan dengan listrik, dan pemukulan.
“Penyiksaan adalah praktek yang sangat luas di Uzbekistan,” kata Atayeva.
Beberapa tahanan politik biasanya merupakan para aktivis oposisi, pembela hak-hak asasi manusia dan wartawan independen – mujahidin Islam dan pelaku jihad dengan tuduhan rencana kekerasan yang belum terbukti.
Islam Karimov, seorang mantan otokrat komunis dan tangan besi seperti telah bertahun-tahun menganiaya muslim , ia melihat kaum Muslim sebagai ancaman terbesar bagi pemerintahannya, sejak tahun 1991 ketika keruntuhan Uni Soviet.
Ia menganggap agama Islam ini dekat dengan aktivisme sipil yang merongrong kekuasaannya, dan itulah sebabnya Karimov ingin menghancurkannya.”
“Saya siap untuk merobek kepala 200 orang … untuk memberikan kedamaian dan ketenangan di Republik ini ,” kata Karimov setelah serangkaian serangan di Uzbekistan pada Maret 1999. “Jika anak saya memilih jalan tersebut , saya sendiri akan merobek kepalanya. ” Ancamnya.
Pengakuan atas algojo di penjara dituangkan dalm sebuah video yang menggambarkan dirinya pada tahun 2011. Digambarkan seorang pria 49-tahun – yang mengidentifikasi dirinya sebagai Alexander Rakhmanov – mengatakan ia memimpin skuad algojo yang menyiksa dan membunuh tahanan politik dan agama.
Skuad algojo itulah yang “menahan, menyiksa, memperkosa para narapidana, Rakhmanov mengatakan dalam video tersebut, selain penyiksaan, mereka bertanggung jawab atas pembunuhan di luar hukum atas tahanan yang diduga aktifis Muslim, katanya.
“Kami menguburkan mereka hidup hidup di tanah, menuangkan semen dan air pada mereka. Ratusan kematian telah kami perbuat,” kata Rakhmanov, ia menambahkan alasan ia mengaku kejahatan ini karena ia menolak perintah atasannya untuk membunuh seorang wanita.
“Saya tidak bisa hidup di bawah beban berat seperti ini – kini saya pun tidak bisa selera makan, dan sesak bernapas.”
Setiap tahun, pemerintah Uzbek telah menahan ratusan aktivis umat Islam. Sekitar 150 ulama Uzbek, termasuk 14 wanita, dijatuhi hukuman penjara pada tahun lalu, menurut laporan oleh Kelompok Inisiatif Independen Hak Asasi Manusia Pembela Uzbekistan (IGNPU).
Setidaknya 23 Muslim dipenjara disiksa sampai mati pada tahun 2014, kata laporan IGNPU. Jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, karena keluarga korban terlalu takut untuk menghubungi kelompok-kelompok hak asasi manusia, atau beberapa wartawan independen, katanya.
Walaupun demikian , dalam tujuh dekade pemerintahan komunis , tidak bisa membasmi Islam di Uzbekistan, meskipun Bolshevik dibersihkan dari ulama Muslim dan mengganti tradisi Islam dengan tradisi local Uzbek.
Setelah keruntuhan Soviet tahun 1991 , masjid dan madrasah menjadi menjamur di seluruh Uzbekistan. Panggilan Adzan terdengar di setiap kota , dan ulama asing dan guru berbondong-bondong ke Uzbekistan.
Kemudian penumpasan besar terhadap umat Islam dimulai setelah tahun 2005 ketika terjadi pemberontakan massa di kota Andijan [AP]
Tidak mengherankan, beberapa Muslim Uzbek memilih ideologi Islam militant . Beberapanya membentuk Gerakan Islam Uzbekistan – kemudian namanya menjadi Gerakan Islam Turkestan.
Kelompok ini kemudian pindah ke wilayah Afghanistan dan mengancam akan menggulingkan Karimov, , mereka mengorganisir beberapa serangan bersenjata ke Uzbekistan di akhir 1990-an.
Tekanan pada Muslim Uzbek diintensifkan setelah serangkaian pemboman gedung-gedung pemerintah pada tahun 1999, tetapi tindakan keras besar dimulai setelah tahun 2005.
Tentara menembaki ribuan demonstran Muslim di kota Andijan, menewaskan ratusan Muslim dalam sehari [AP]
Khodjiev, yang saat itu berusia 28 tahun , berteriak melalui pengeras suara di antara kerumunan massa. Kerumunan berteriak, “Allahu Akbar!” Bagi mereka, ungkapan itu merupakan penegasan atas iman mereka.
Tapi bagi pemerintah Karimov, itu adalah pertanda harus dilakukan pembantaian.
Beberapa jam kemudian, pasukan pemerintah bersenjata dengan senapan serbu menembus kerumunan massa , menewaskan ratusan, menurut korban dan kelompok hak asasi. Ratusan aktifis lainnya memilih melarikan diri ke negara tetangga Kyrgyzstan, termasuk Khodjiev dan tiga saudaranya.
Dalam beberapa minggu, otoritas Kyrgyz mengekstradisi dia dan aktifis lainnya ke Uzbekistan, dan hampir hampir ia dan beberapa aktifis tidak selamat atas penyiksaan berat, kata keluarganya.
Dia antara puluhan orang yang diadili dan diberi hukuman penjara seumur hidup untuk partisipasi mereka dalam pemberontakan Andijan.
Akhirnya Khodjiev, salah satu aktifis protes Andijan, meninggal di penjara [AP]