Utang: Krisis Besar AS Berikutnya?

Ekonomi AS jatuh bebas dan tak seorang tahu kapan akan berakhir. Ketika pergadaian dan pengangguran menjadi menu ruwet sehari-hari AS, masalah ekonomi yang lain menyongsong: epidemik utang orang Amerika.

Menurut Elizabeth Warren, seorang profesor hukum di Universitas Harvard yang menjadi salah satu pengawas pemerintah AS dalam bailout perbankan senilai $700 milyar, AS sekarang tengah berada dalam krisis utang yang luar biasa besar dan mengancam kelangsungan rakyat AS sendiri. "Utang bukan krisis AS berikutnya, tapi kita sedang berada di dalamnya sekarang!" ujar Elizabet Warren.

Sebelum bisnis perumahan meledak, banyak orang Amerika yang mengajukan pinjaman kepada bank untuk membayar kartu kredit mereka dan tagihan-tagihan lainnya. Tapi ketika bisnis perumahan anjlok, pengangguran meledak, jutaan orang AS sekarang kebingungan mencari talangan untuk hidup mereka. Ini hal yang belum terjadi sebelumnya. Jumlah jutaan orang ini bahkan sekarang sudah begitu parah kondisinya; telefon ditutup, kabel televisi dihentikan, dan bahkan listrikpun diputus.

Banyak keluarga Amerika yang memang menggunakan kartu kredit karena kemudahannya. Karena itulah, menurut Elizabeth Warren, keluarga Amerika sekarang rata-rata terlilit utang yang besar. "Yang paling terkena dampaknya adalah keluarga kelas menengah," terang Warren. Sekadar perbandingan, menurut Warren, pada tahun 1980, pertumbuhan kartu kredit hanya satu halaman saja. Awal tahun 2000-an, sudah mencapai 30 halaman.

Di balik itu, seperti diketahui, penghasilan orang Amerika pada setiap bulan hanya dihabiskan untuk membayar tagihan kartu kredit saja. Misalnya saja keluarga Chriss Snyder, sebuah keluarga di AS. Setiap bulan, dalam setiap pemakaian kartu kredit, Snyder dikenakan pembayaran $220 untuk pemakaian $140, bunga dua kali lipat. "Kami tidak bisa membayarnya, pada akhirnya. Bunganya semakin besar saja." ujar Snyder.

Menurut Elizabeth Warren, semua perusahaan kartu kredit tidak pernah mencari kostumer yang bisa membayar tagihannya. "Perusahaan-perusahaan itu hanya mencari kostumer yang sekiranya akan jatuh dan terperangkap pada jebakan bunga kartu kredit. Begini rinciannya, mereka memberikan $45, kemudian bunganya 19% dan 29%, setelah itu profit, profit, dan profit saja yang mereka kejar!" tandas Warren. (sa/msnbc)