pic: Rais (Kiri) dan Stroman (Kanan)
Upaya Rais Bhuiyan menyelamatkan Mark Anthony Stroman dari jeratan hukuman mati, gagal. Pada Rabu (20/7) malam, Stroman menjalani eksekusi dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 09.53 waktu setempat.
Stroman dinyatakan bersalah dalam kasus penembakan yang dilatarbelakangi rasa kebencian dan balas dendam terkait peristiwa serangan 11 September 2001. Lelaki asal Texas itu melakukan penembakan terhadap sejumlah orang beberapa hari setelah peristiwa itu. Dua korban penembakan, satu lelaki asal India dan satu lelaki asal Pakistan, tewas. Sedangkan Rais Bhuiyan–imigran muslim asal Dhaka, Bangladesh–lebih beruntung, karena ia selamat meski harus kehilangan penglihatan mata kirinya.
Meski jadi cacat, Bhuiyan tidak dendam pada Stroman. Ia memaafkan Stroman dan malah mengupayakan pengampunan hukum bagi Stroman. "Saya tidak pernah membencinya dan tidak pernah marah padanya. Agama saya mengakarkan, memaafkan lebih baik daripada membalas dendam," kata Bhuiyan pada surat kabar Inggris The Independent, akhir pekan kemarin.
Namun Mahkamah Agung dan Pengadilan Banding AS menolak permohonan banding Stroman hingga detik-detik terakhir pelaksanaan eksekusi.
Dalam wawancara dengan CNN, Stromanm 41, mengakui semua perbuatannya. "Saya tidak mengatatakan pada Anda bahwa saya tidak bersalah. Saya tidak meminta Anda untuk kasihan pada saya, dan saya tidak akan menyembuyikan kebenaran. Saya cuma manusia biasa dan telah melakukan kesalahan yang buruk," ujarnya.
Stroman mengklaim seorang kakak perempuannya berada di lantai paling atas gedung World Trade Center di sisi utara, ketika gedung itu runtuh akibat serangan. Namun klaim Stroman itu tidak menjadi substansi selama persidangan aksi penembakan yang dilakukan Stroman, maupun dalam pengajuan banding.
Di salah satu tulisan di blognya, Stroman menulis bahwa peristiwa serangan 11 September 2001 telah memicu sesuatu dalam dirinya. "Katakan saja, saya tidak bisa berpikir jernih lagi dan saya minta maaf, saya harus bilang bahwa orang-orang tak berdosa harus membayar kemarahan, kesedihan dan rasa kehilangan saya," tulis Stroman. (kw/nbc)