Upaya untuk menengahi pertikaian antara kelompok pejuang Palestina dan Israel yang dilakukan Presiden Mesir Husni Mubarak, masih menemui jalan buntu. Israel tetap tidak mau menerima persyaratan-persyaratan dalam pembebasan serdadunya yang diculik.
Dalam wawancara dengan surat kabar pemerintah Mesir, Al-Ahram, Presiden Mubarak mengatakan bahwa pihaknya sudah mengadakan kontak dengan sejumlah pemimpin Hamas. Hasil pembicaraan cukup positif, di mana dibuat sebuah kesepakatan yang berisi persyaratan dalam pembebasan serdadu Israel sesegera mungkin untuk menghindari eskalasi kekerasan.
"Namun kesepakatan itu belum tercapai dari pihak Israel," kata Mubarak.
Mubarak menyatakan dirinya sudah meminta PM Israel Ehud Olmert untuk ‘tidak terburu-buru’ melakukan serangan militer ke Gaza, tapi ‘memberikan waktu lagi untuk mencari solusi damai dari persoalan penculikan ini.’
Pejabat senior kementerian luar negeri Israel, Gideon Meir mengatakan, Israel tidak tahu menahu tawaran yang disebut-sebut Mubarak itu. Pada kantor berita Associated Press Jumat dinihari, Meir menyatakan tidak akan memberikan komentar apapun sampai siang ini.
"Pada umumnya, pendirian Israel, seperti yang sudah diungkapkan perdana menteri, serdadu harus dibebaskan tanpa syarat apapun dan tidak akan ada negosiasi dengan gang teroris dan penjahat yang menculik seorang serdadu dari wilayah Israel," kata Meir.
Situs Aljazeera menyebutkan, para pemimpin Hamas yang dihubungi pada Jumat pagi tidak bisa memberikan konfirmasi karena teleponnya tidak ada yang diangkat.
Meski demikian Mubarak mengatakan, "Pemimpin Israel sudah berjanji dan saya harap mereka memenuhi janji itu, untuk tidak menumpahkan darah warga sipil Palestina yang tak berdosa dalam sebuah operasi militer yang terburu-buru."
"Pada saat yang sama, Mesir mengingatkan para pemimpin Hamas akan konsekuensi yang buruk sekali jika mengambil posisi yang keras dan Mesir juga mendesak mereka untuk menanggung tanggung jawab atas bahaya dan kesulitan yang dihadapi rakyat Palestina saat ini," sambung Mubarak.
Aksi Militer Israel ke Gaza
Israel menyatakan menunda rencana serangan besarnya ke utara Gaza pada Kamis (29/6) kemarin dan memberikan kesempatan lagi bagi upaya diplomasi untuk membebaskan Kopral Gilad Shalit, serdadu Israel yang dicurigai diculik olek kelompok pejuang Hamas.
Namun sejumlah saksi mata mengatakan, pesawat-pesawat tempur Israel menghancurkan kantor-kantor milik gerakan Fatah dan Hamas di kota Gaza pada Jumat (30/6) dinihari. Militer Israel tidak memberi keterangan tentang serangan tersebut.
Sebelumnya, Israel sudah melakukan serangan ke kantor kementerian dalam negeri di kota Gaza dan belasan serangan udara lainnya di Gaza dalam bebarapa jam terakhir.
Serangan Israel pada hari Rabu menghancurkan dua jembatan dan satu pembangkit listrik di Gaza. Serangan dilanjutkan pada Kamis, pesawat tempur dan pasukan artileri Israel menghancurkan sebuah lokasi yang diduga sebagai pabrik senjata, sebuah trafo tenaga listrik dan kamp-kamp pelatihan pejuang Palestina. Sejak serangan pertama dilakukan, tidak ada laporan adanya korban jiwa. (ln/aljz/iol)