Untuk Ketahui Sebab Kematiannya, AS Bedah Jasad Az-Zarqawi

Sabtu (10/6) kemarin, jasad pemimpin al-Qaidah di Irak Abu Mushab az-Zarqawi diautopsi. Zarqawi gugur dalam serangan udara agresor Amerika di utara Bagdad, Rabu (7/6). Jurubicara militer AS di Irak Mayor Jenderal William Caldwell mengatakan, “Kami melakukan pembedahan jasad ini untuk mengetahui sebab-sebab kematian (az-Zarqawi) yang sebenarnya.”

Pihak militer AS sebelumnya mengatakan bahwa Zarqawi masih hidup beberapa saat setelah serangan udara tersebut. “Dia kala itu ia masih sadar penuh, berupaya untuk bangkit dan melarikan diri saat pasukan Amerika sampai di lokasi serangan,” ungkap jubir militer AS.

Menurut Caldwell, operasi dilakukan oleh dua orang ahli militer dalam bidang kedokteran syar’i. keduanya didatangkan dari tempat yang berbeda dari luar Irak. Salah seorang dari mereka mengetahui adat kebiasaan dan tradisi Islam dalam memperlakukan mayat.

Dalam konferensi pers Kamis (8/6), militer Amerika mengumumkan bahwa pesawat tempur F16 miliknya menjatuhkan dua bom masing-masing seberat 250 kilogram ke rumah di mana az-Zarqawi dan para pengawalnya tengah berkumpul.

Korban Terus Berjatuhan

Sementara itu hingga hari ini, Minggu (11/6) kekerasan terus berlanjut di berbagai wilayah di Irak. Berbagai ledakan dan serangan bom terus terjadi dan jumlah korban mencapai 24 orang, di antaranya adalah petinggi partai di Irak.

Sebuah ledakan bom juga menewaskan seorang serdadu AS dan melukai yang lainnya di dekat Kirkuk. Jumlah korban tewas di pihak tentara Amerika hingga detik ini, menurut data resmi yang dihimpun kantor berita al-Jazeera, mencapai 2.488 serdadu.

Para pejabat Irak yang kini tengah berkuasa mengaitkan eskalasi kekerasan yang terjadi di Irak belakangan ini dengan aksi balas dendam yang dilakukan para pendukung az-Zarqawi. Seorang anggota parlemen koalisi dari Syi’ah Bahauddin al-A’raji mengatakan bahwa pemerintah diprediksi akan mengalami eskalasi serangan teror dalam 4 hari mendatang sebagai bentuk “balas dendam atas pembunuhan amir keburukan.”

Sementara itu warga Ramadi yang terletak di sebelah barat kota Bagdad mengatakan, pasukan AS mengepung kota mereka dan meminta warga mengosongkan tempat tinggal mereka dan meninggalkan kota. Hal ini menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang luar biasa di tengah-tengah warga akan adanya serangan secara meluas.

PM Irak Nuri al-Maliki menegaskan pengepungan kota Ramadi dilakukan karena ditengarai adanya rencana gangguan keamanan jangka pendek dan jangka panjang untuk menghancurkan kekuatan yang disebutnya “para teroris”.

Sebagian warga mengatakan, pasukan penjajah AS telah mengepung kota Ramadi sejak Jum’at (9/6) pagi. Mereka meminta warga meninggalkan kota. Para saksi mata mengatakan, bentrokan sering terjadi antara pasukan AS dengan kelompok pejuang bersenjata. Pasukan AS melakukan penangkapan sekitar 50 orang warga kota Ramadi.

Seorang dokter di rumah sakit kota Ramadi mengatakan, serangan udara penjajah AS ke kota Ramadi terjadi hampir setiap hari. Serangan udara dalam dua hari terakhir mengakibatkan 5 orang warga terluka. (war/aljzr)