untuk Bertahan Hidup, Jual Beli Organ Tubuh Marak di Irak

Invasi AS yang berkepanjangan membuat kehidupan rakyat Irak carut marut. Kemiskinan membuat sebagian rakyat Irak terpaksa menjual organ tubuhnya demi sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup.

Seorang warga Baghdad bernama Ali Hassnawi mengatakan, ia tidak tega melihat anak-anaknya menangis kelaparan sementara ia tidak punya uang untuk sekedar membeli sekerat roti. Ali lalu bertemu seorang temannya yang menceritakan bahwa ia telah menjual salah satu ginjalnya. Terdesak kebutuhan, Ali dan isterinya memutuskan melakukan hal yang sama, menjual ginjal mereka.

"Saya dapat 1.500 dollar untuk ginjal yang saya jual, dua bulan kemudian isteri saya mendapat harga yang lebih baik. Ginjalnya dibayar 3.000 dollar karena orang yang membutuhkannya sudah sekarat, " tutur Ali.

Ali dan isterinya menjual ginjal mereka lewat pasar gelap. Harga yang berlaku bervariasi antara 500 sampai 5.000 dollar, tergantung dari kondisi orang yang membutuhkan ginjal-ginjal tersebut.

Kementerian Kesehatan Irak mengungkapkan, penyakit ginjal menjadi penyakit yang banyak diderita rakyat Irak. Saat ini, lebih dari 7.000 orang Irak membutuhkan transplantasi ginjal sesegera mungkin. "Banyak warga Irak yang nyawanya terancam karena mesin-mesin pencuci darah yang ada sudah sangat tua dan banyak di antaranya yang sudah tidak berfungsi dengan baik, " kata Taha Abdul Rahman, humas kementerian kesehatan.

Ia melanjutkan, "Kami punya daftar panjang para pasien yang membutuhkan ginjal dan seringkali ketika kami mendapatkan ginjal yang dibutuhkan, si pasien sudah meninggal."

Posisi Irak, sebagai negara pengekspor minyak ketiga terbesar di dunia, dengan pendapatan dari hasil ekspor minyak sekitar 38 milyar dollar pada tahun 2007 dan 20 milyar dollar sampai bulan April 2008, tidak banyak berpengaruh bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Irak. Rakyat miskin tetap harus berjuang keras mempertahankan hidup, meski harus menjual organ tubuhnya yang penting.

Di Irak, pasien yang membutuhkan ginjal, bisa dengan mudah menemui para penjual ginjal di pintu-pintu gerbang rumah sakit atau tempat-tempat minum kopi. Biasanya, ada pegawai rumah sakit yang menjadi perantara dan mendapatkan komisi 10 persen dari harga ginjal yang dijual.

Para dokter di rumah-rumah sakit Irak mengaku tidak bisa mencegah jual beli ginjal itu, meski mereka menentang praktek-praktek semacam itu. Apalagi mereka yang menyatakan diri bersedia menjadi donor ginjal, kerap mengaku sebagai kerabat pasien.

"Kita sudah sampai pada kondisi malapetakan di Irak, karena makin banyak rakyat Irak yang menjual organ tubuh mereka untuk bertahan hidup, " kata seorang dokter bedah di Rumah Sakit Karama, yang tidak mau disebut namanya dengan alasan keamanan.

"Di satu sisi kami bahagia bisa menyelamatkan nyawa manusia, tapi kami merasa prihatin ketika tahu bahwa semua itu dilakukan demi uang bukan karena rasa cinta pada sesama manusia, " sambungnya.

Dokter itu mengaku pernah terpaksa menolak operasi seorang anak kecil, setelah tahu bahwa yang menjadi donor ginjal adalah seorang anak berusia 12 tahun yang dipaksa ayahnya untuk menjual ginjalnya dengan harga 4.000 dollar.

Kepolisian di kota Baghdad dan sekitarnya, sering menemukan mayat yang sudah tidak memiliki ginjal atau kornea mata. Dari hasil investigasi, ditemukan bahwa ada mafia yang mengambil organ-organ tubuh mayat-mayat itu dengan bantuan para dokter. Organ-orang tubuh itu, kemudian dijual dengan harga mahal.

"Kami sedang melakukan penyelidikan menyeluruh untuk menangkap para penjahat itu dan membebaskan para dokter yang dipaksa untuk melakukan tindakan ilegal, " kata Letnan Kolonel Abdul Jabar, kepala departemen kriminalitas.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Irak mendesak aparat hukum di Negeri 1001 Malam itu untuk menghukum para penjual organ tubuh manusia. Meski diakui bahwa di negara di mana sedang terjadi konflik seperti di Irak, sangat sulit untuk mengontrol kasus-kasus seperti ini.

Soal jual beli organ tubuh di Irak menjadi persoalan yang dilematis karena ada permintaan dan ada persediaan. "Orang boleh bilang tindakan itu ilegal, tapi kami hanya berusaha untuk menyelamatkan nyawa kami, " kata Abu Ahmed yang baru saja menjalani transplantasi ginjal. Ia mendapatkan ginjal dari seorang penjual ginjal di kota Baghdad.

"Mereka mau menjual dan saya ingin menyelamatkan nyawa saya. Ini adalah penawaran yang adil dan kami berdua meninggalkan rumah sakit dengan sesuatu yang bisa mempertahankan hidup kami, sebuah ginjal untuk saya dan uang untuk membeli makanan buat anak-anak si penjual ginjal, " tukas Abu Ahmed. (ln/iol)