Universitas of Connecticut menangguhkan rencana untuk membuka kampus satelit di Uni Ermirat Arab, sebagai bentuk protes atas kebijakan boikot negara-negara Teluk terhadap Israel.
Hal tersebut disampaikan Peter Nichols, pembantu rektor universitas yang berdiri sejak 1881, seperti dikutip Gulf News edisi Senin (7/5). "Kami, sekarang tidak secara aktif mengerjakan proyek ini, " katanya.
Terkait hal ini, anggota legislatif dari Connecticut Andrew Fleischmann menyatakan, "Jika keprihatinan kami tidak ditanggapi, saya tentu saja akan memblokade kerjasama itu. "
Ia menegaskan akan melakukan tekanan sampai Uni Emirat Arab mau mengubah kebijakannya terhadap Israel.
Selama ini Eni Emirat Arab memang memberlakukan larangan bagi warga berkebangsaan Israel masuk ke negeri itu. Larang itu berhubungan dengan kebijakan non-normalisasi hubungan dengan Israel yang diterapkan Dubai, sampai konflik Arab-Israel benar-benar terselesaikan.
Fleischmann mengatakan, banyak mahasiswa Israel dan anggota fakultas yang tidak bisa menikmati manfaat kerjasama pendidikan dengan Universitas Connecticut, jika Uni Emirat masih menolak mereka masuk.
Saat ini, hanya ada delapan mahasiswa asal Israel di Universitas Connecticut, atau hanya 0, 03 persen dari 28. 000 mahasiswanya yang tersebar di enam kampus, dan tidak ada anggota fakultas universitas tersebut yang berkebangsaan Israel.
Keputusan pihak universitas membekukan kerjasama pendidikan dengan Uni Emirat Arab dengan alasan adanya penerapan boikot terhadap Israel oleh Dubai, menuai kecaman dan tuduhan bahwa pihak kampus sudah mencampuradukkan pendidikan dengan masalah politik.
"Sangat jelas bahwa ketidaktahuan mereka tentang Arab, yang terjadi di kalangan publik AS sudah menjalar ke kalangan akademisi, " kata Profesor Dr Abdul Khaliq Abdullah.
Kecaman serupa juga dilontarkan Dr Ebtisam Al-Kitby. "Kalau mereka sangat peduli tentang hak asasi manusia, mengapa kita tidak melihat mereka memprotes pelanggaran HAM Israel terhadap rakyat Palestina, " tukasnya. (ln/iol)