UNICEF: Satu dari Tiga Pasien Anak-anak di Ghaza, Meninggal

Lembaga Bantuan Anak-anak PBB, Unicef, mengeluarkan data miris terkait kondisi anak-anak di Palestina pascaembargo ekonomi dan politik oleh negara Kwartet (AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB).

Berdasarkan data Unicef, satu dari tiga orang pasien anak-anak Palestina, akhirnya meninggal di berbagai rumah sakit Ghaza. Penyebabnya, kesulitan obat-obatan standar yang memang tidak terdapat di rumah sakit.

Situs Palestine Information Center menyebutkan, berdasarkan data tersebut, Unicef telah menetapkan penambahan bantuan dunia untuk Palestina dari 8,4 juta dolar menjadi 22,7 juta dolar, atau sama dengan tiga kali lipat dari perencanaan sebelumnya. Pemerintah Palestina, dalam analisa Unicef, sementara ini tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar.

Sebagaimana diberitakan, AS dan UE telah menutup kran bantuannya kepada pemerintahan Palestina di bawah Hamas. Israel juga hingga kini masih menahan dana pajak yang harus diserahkan pada pemerintah Palestina. Damean B, jubir Unicef mengatakan, “Kebanyakan guru dan dokter di Palestina tidak mendapat honor sejak tiga bulan lalu karena krisis ekonomi. Sulit sekali dalam kondisi seperti ini memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan apapun.” Kondisi seperti ini, tambahnya telah terjadi lebih dari dua bulan berturut-turut.

Karena itu, “Situasi di Palestina sangat memprihatinkan, pendududuk sipilnya apaagi kaum wanita dan anak-anak. Merekalah yang paling menderita akibat konflik yang terjadi di Palestina,” ujar Damean B.

Dalam konferensi pers, ia juga menjelaskan tentang sebab-sebab utama meninggalnya anak-anak yang sakit di Palestina. “Anak-anak Palestina itu mati akibat penyakit yang menjadi parah karena ketiadaan fasilitas pengobatan yang baik atau tidak ada dokter yang menangani, atau juga tidak adanya obat-obatan yang harusnya digunakan,” urainya. (na-str/pic)