Uni Eropa sedang melakukan pembahasan untuk tidak menggunakan istilah-istilah yang menghina Islam seperti ‘Islam teroris’ dan ‘para fundamentalis’ sebagai kosakata dalam komunikasi publik. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat Uni Eropa yang tidak mau disebut jati dirinya pada Reuters.
"Yang pasti ‘Islam teroris’ adalah kosakata yang tidak akan kami gunakan.kita bicara tentang ‘teroris yang secara kasar memanfaatkan Islam," kata pejabat itu yang menolak ditulis namanya dengan alasan rencana itu kini masih dalam taraf pengkajian di kalangan internal Uni Eropa dan diharapkan tidak tersebar ke publik.
"Kita tidak ingin menggunakan terminologi yang akan menambah masalah. Ini adalah upaya.untuk berhati-hati terhadap penggunaan kata-kata tertentu yang sangat sensitif. Langkah ini untuk membantu kita memahami apa yang sedang kita katakan dan berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan," papar sumber itu. Ia mengatakan, sebagai langkah awal, kebijakan ini kemungkinan akan mulai diberlakukan pada bulan Juni.
Kepala bidang antisipasi terorisme Uni Eropa Gijs de Vries mengungkapkan, terorisme tidak melekat pada agama apapun. Vries bahkan memuji umat Islam yang menentang tindakan-tindakan terorisme yang mengatasnamakan Islam.
"Mereka makin aktif mengisolasi orang-orang yang radikal yang memanfaatkan Islam untuk tujuan-tujuan politik dan mereka layak untuk mendapatkan dukungan. Dan itu termasuk pilihan kata-kata yang memperjelas bahwa yang sedang kita bicarakan adalah kelompok pembunuh yang menyalahgunakan agama dan tidak mewakili agama apapun," ujar Vries.
Aktivis Muslim asal Inggris, Omar Faruk yang banyak memberikan masukan pada pemerintah tentang isu-isu warga Muslim mengatakan, ada kebutuhan yang kuat bagi adanya ‘ era baru bagi dialog politik dan penggunaan istilah.’
"Kata-kata semacam itu tidak berkesesuain. Islam sangat menentang segala bentuk terorisme.Islam itu sendiri artinya perdamaian," kata Faruk. Menurutnya, penggunaan istilah-istilah yang menghina Islam ‘hanya menimbulkan sebuah budaya di mana terorisme diidentikan dengan Islam dan hal itu menimbulkan banyak tekanan.
Penggunaan kosakata yang kini sedang dibuat acuannya oleh para pejabat dan politisi Uni Eropa juga akan mengkaji penggunaan kata ‘Islamis’ dan ‘jihad’ yang mereka sebut kerap digunakan oleh kelompok Al-Qaidah yang berarti perang suci melawan orang-orang kafir.
"Jihad bermakna sesuatu bagi anda dan bagi saya, jihad bermakna lain bagi seorang Muslim. Jihad adalah konsep sempurna dan positif dalam arti memerangi hawa nafsu dalam diri kita sendiri," kata seorang pejabat Uni Eropa.
Penulis asal Inggris Karen Armstrong di surat kabar Guardian menulis, stereotipe yang dimunculkan terhadap makna kata jihad, semata-mata hanya berarti perang suci saja.
"Para ekstrimis dan politisi yang tidak cermat telah mencuri kata-kata itu untuk kepentingan pribadinya, padahal makna sesungguhnya dari jihad bukan ‘perang suci’ tapi ‘perjuangan’ atau ‘usaha keras’. Umat Islam diserukan untuk mengerahkan segala daya upaya-sosial, ekonomi, intelektual, etika dan spiritual-untuk menerapkan perintah-perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari," tulis Armstrong.
Seruan untuk menghentikan kampanye-kampanye anti Islam dan umat Islam di Barat sebenarnya sudah dituangkan dalam resolusi Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada bulan April 2005 lalu.
Sementara itu, Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyerukan agar kasus-kasus yang menyangkut Islamophobia di seluruh dunia dibuatkan laporannya setiap tahun seperti kasus-kasus anti semit yang setiap tahun dibuat laporannya. (ln/iol)