Negara-negara Uni –Eropa pada hari Senin kemarin sepakat untuk memperbarui persetujuan dukungan terhadap Suriah selama tiga bulan, namun mengatakan bahwa mereka akan mengubah mengenai larangan persenjataan untuk memberi dukungan non-persenjataan serta bantuan teknis untuk melindungi masyarakat.
Keputusan tersebut, yang diambil dalam pertemuan kementerian luar negeri Uni-Eropa, merupakan kompromi setelah ketidaksetujuan selama beberapa minggu antara Inggris, yang menekan untuk dikuranginya larangan persenjataan untuk membantu para pejuang melawan Presiden Bashar al-Assad, dengan beberapa negara Uni Eropa yang menolak memasok kembali persenjataan ke negara tersebut.
“Bantuan teknis dan perlindungan terhadap masyarakat akan lebih mudah,” Menlu Prancis, Fabius Laurent, mengatakan setelah pertemuan di Brussels. Ia tidak menjelaskan tentang bentuk bantuan seperti apa yang akan diperbolehkan.
Banyak negara Uni-Eropa berpendapat bahwa dengan mengurangi larangan persenjataan hanya akan menyulut konflik Suriah, dan akan sulit untuk memastikan seluruh senjata akan diterima oleh orang-orang yang tepat.
“Suriah tidak kekurangan persenjataan,” Menlu Luxembourg, Jean Asselborn, mengatakan sebelum pertemuan.
“Pengiriman senjata dapat menciptakan keseimbangan militer di medan perang,” satu pendapat perwakilan Ashton (Inggris) mengatakan dalam draft.
“Namun itu juga dapat meningkatkan militerisasi pada konflik tersebut, resiko menyebarnya persenjataan di kalangan kelompok-kelompok ekstrim dan berlebihnya persenjataan di Suriah pasca-Assad,” pendapat lain mengatakan.
Menurut perkiraan PBB, kurang lebih 70.000 orang telah tewas sejak awal dimulainya konflik Suriah, Maret 2012.
(DS/ Al-Akhbar)