Para pemuka agama Kristen Anglican dan gereja Katolik di Selandia Baru menyatakan tidak mau terlibat dalam konferensi anti-Islam, karena menurut mereka, Islam bukan agama yang membahayakan masyarakat.
Pendeta David Coles dari Keuskupan Anglican Gereja Kristus pada surat kabar The Press Daily edisi Selasa (27/3) mengungkapkan, ia sudah menerima konfirmasi dari para pimpinan gereja Anglican dan Katolik di seluruh New Zealand. "Mereka semua menyatakan bahwa konferensi itu sangat tidak menyenangkan, dan kami harus menentukan sikap, " ujarnya.
Konferensi yang dimaksud Coles adalah konferensi The July Mosque and Miracles, yang diselenggarakan oleh Middle East Christian Outreach (MECO). MECO adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1976, gabungan tiga organisasi yaitu Arabic Literature Mission, Libanon Evangelical Mission dan Middle East General Mission. Dalam situsnya MECO menulis, "Hanya cinta dan ampunan dari Tuhan yang ada dalam diri Kristus, yang mampu mengubah jiwa dan membawa perdamaian nyata" di Timur Tengah.
Konferensi itu akan menghadirkan pemibicara antara lain Daniel Scot, yang pernah diadili pada tahun 2004 berdasarkan undang-undang negara Australia tentang penghinaan agama dan Daniel Sheyesteh, tokoh keturunan Iran yang murtad ke agama Kristen serta tiga pastur lainnya. Para pembicara akan membahas tentang bahaya agama Islam terhadap masyarakat Barat.
"Konferensi itu sangat provokatif dan kadang dikacaukan dengan isu-isu imigrasi, " tukas Coles.
Pernyataan serupa disampaikan Presiden Gereja Methodis, John Salmon. Ia menyatakan gerejanya tidak akan hadir dalam konferensi itu, karena mereka tidak melihat Islam sebagai ancaman.
Para pemuka gereja di Selandia Baru mengingatkan bahwa konferensi semacam itu bisa merusak perdamaian dengan warga minoritas Muslim yang jumlahnya mencapai 17 ribu orang atau sekitar satu persen dari total jumlah penduduk negeri itu.
Menurut Pendeta Coles, memunculkan stereotipe terhadap warga Muslim sangat berbahaya. Sementara Pastur senior Murray Robertson dari gereja Baptis Spreydon-yang menjadi tuan rumah konferensi tersebut- mengaku "ngeri" dengan komentar-komenatar yang dilontarkan penyelenggara konferensi itu, . Meski demikian, ia menyatakan tetap bertanggung jawab sebagai tuan rumah.
Jika warga non-Muslim saja tidak setuju dengan konferensi anti-Islam itu, apalagi warga Muslim yang sudah hidup di Selandia Baru selama berabad-abad.
Presiden Federasi Asosiasi Islam, Javed Khan pada The Press Daily menilai konferensi itu sebagai bentuk Islamofobia. "Penyelenggaranya sudah berprasangka buruk dan bias, " ujarnya.
Khan menegaskan, warga minoritas Muslim tidak pernah menimbulkan bahaya bagi masyarakat Selandia Baru.
Pemuka Islam lainnya mengkritik penyelenggara, karena mereka tidak dilibatkan dalam konferensi itu untuk melakukan pembelaan terhadap agama Islam.
"Jika mereka mau mengkritik Islam, mereka harus mengundang kami untuk datang ke konferensi dan berdiskusi dengan mereka, " kata Muhammad Alayan, seorang imam di kota Christchurch.
Ia menyambung, "Apa maksud semua ini, kalau bukan kebencian buta?" (ln/iol)