Sebenarnya apa visi ideologi tsauroh atau revolusi Suriah? Pertanyaan ini kerap muncul dalam sosialisasi Peduli Suriah di Indonesia. Info yang terbatas tentang situasi Suriah membuat pertanyaan ini kadang susah dijawab.
Info dari media tak selalu membantu. Media di Indonesia, yang kebanyakan merujuk kantor berita Barat, kerap menggambarkan revolusi ini sekuler semata. Rakyat yang bosan ditindas melawan penguasa yang tiran.
Lebih parah lagi berita media yang merujuk pada media resmi rezim Basyar Asad. Atau yang mengambil berita dari media Iran yang membela Basyar demi solidaritas Syiah. Media-media jenis ini menggambarkan revolusi Suriah sebagai hasil rekayasa Barat untuk menggulingkan Basyar Asad, hero Syiah yang anti-Israel.
Tak heran muncul kesan bahwa ini adalah perang saudara, pemberontakan sekuler atau bahkan revolusi rekayasa Barat. Namun, setelah menginjak bumi Suriah dan berbincang dengan masyarakatnya dari berbagai kalangan, kami melihat dua jenis media di atas ternyata memberikan info yang menyesatkan.
Di antara yang kami temui adalah para ulama di sini. Secara terpisah kami sempat menemui Syaikh Muhammad, Syaikh Walid dan Syaikh Khalid Amru. Mereka adalah para ulama dan imam masjid di kawasan barat Suriah. Syaikh Khalid Amru bahkan menjadi koordinator Haiah Syari’ah di kawasan tersebut.
Syaikh Muhammad menyatakan, “Ini adalah revolusi Islam, kami mengharapkan bantuan umat Islam bentuk doa dan lain-lainnya agar revolusi segera dimenangkan.”
Syaikh sepuh ini adalah alumni Universitas Al-Azhar . Ia lulus tahun 1982 dari kampus bergengsi di Mesir itu. Ketika kami menemui beliau, dengan bersemangat beliau menceritakan bagaimana rezim Nushairi membungkam para ulama. Datangnya revolusi membuat dakwah kini kembali berjalan.
Dalam kesempatan yang sama, Syaikh Walid, seorang imam dan khatib yang lebih muda, menyambut baik kehadiran kami dari Indonesia. Beliau mengutarakan keutamaan Bumi Syam sebagaimana diterangkan dalam hadits-hadits Rasulullah saw.
Yang menarik, beliau meyambut kami bukan sebagai orang asing. “Negeri ini juga negeri kalian,” kata Syaikh Walid. “Syam adalah untuk seluruh kaum Muslimin. Hadzihi Syaaminaa… Ini adalah Syam kita semua.”
Lalu beliau mengutip ayat 55 Surat An-Nuur. Yaitu janji Allah akan kekuasaan, kemenangan dan bergantinya ketakutan menjadi keamanan bagi mereka yang beriman dan beramal shalih. Berdasarkan ayat itu, beliau yakin bahwa kemenangan Muslim Suriah telah dekat.
“Insya Allah kami akan meraih kemenangan. Meskipun kami sadar, kemenangan Muslim Ahlussunnah di sini akan dibenci oleh kaum Syiah, Iran, Amerika dan pihak-pihak lainnya.”
Di antara hikmah berkobarnya revolusi, menurut alumni Kuliyah Syariah Damaskus ini, adalah para ulama sepakat kembali pd fahmu salaf. Sebelumnya, pengaruh Syiah dipromosikan luas di Suriah. Para ulama yang diangkat pemerintah menjadi corong penguasa dan menyeesatkan umat. “Kami berada di tsughur (perbatasan dengan musuh) untuk melakukan ribath. Baik secara fisik maupun pemikiran.”
Sementara itu, dalam pertemuan terpisah, Syaikh Khalid Amru menegaskan bahwa revolusi yang meletus di Suriah adalah perjuangan melawan kezhaliman. Pada dasarnya ahlussunnah di Suriah tidak ingin menzhalimi kaum Nushairi, Mursyidi maupun sekte-sekte sesat lainnya.
Mereka hanya menginginkan perbaikan dari kondisi yang tidak adil di bawah rezim Nushairi. “Perlawanan bersenjata baru meletus ketika rezim menembaki demonstran, mengebom kota-kota dan menghancurkan masjid-masjid,” kata beliau. Inilah sekelumit pandangan para ulama di Suriah yang sempat kami temui tentang jalannya revolusi di Bumi Syam itu. [AZ]
Catatan Relawan HASI dari Suriah