Seorang ulama Salafi Tunisia menyerukan agar seorang gadis berusia 19 tahun yang memposting gambar topless-nya di Facebook diserukan agar “dikarantina” dan dirajam sampai mati sebelum kelakuan tersebut menjadi “epidemi.”
Surat kabar Tunisia AssabahNews mengutip ulama Salafi Alami Adel, yang merupakan ketua Komisi amar maruf nahi munkar, mengatakan: “Menurut hukum Allah, dia layak dikenakan 80 sampai 100 cambukan, tapi mungkin dia melakukan sesuatu yang di luar batas , bisa saja hukumannya lebih dari itu . Dia layak untuk dirajam sampai mati dan dia harus dikarantina karena apa yang dia lakukan bisa menjadi epidemi. ”
“Dia seperti seseorang menderita penyakit serius dan menular dan dia harus terpencil dan diobati,” tambahnya.
Gadis itu, Amina, yang ikut terlibat gerakan feminis yang disebut Femen , terlihat merokok sebatang rokok dengan tubuh topless , dengan tulisan dengan kata-kata Arab yang ditulis di dadanya, yang artinya dalam bahasa Inggris “Tubuhku milik saya.”
Femen merupakan sebuah kelompok feminis yang berbasis di Ukraina , lembaga itu mengumpulkan para perempuan di Eropa untuk melakukan protes dengan tampilan topless, cara itu mereka gunakan untuk mendukung hak-hak perempuan.
Terkait dengan kejadian itu, Amina telah digiring oleh orang tuanya ke rumah sakit jiwa di Tunis, menurut laporan yang diterima oleh pimpinan Femen Inna Shevchenko di Paris dan dilaporkan juga oleh majalah AS yang berbasis Atlantik.
Media Tunisia mengatakan bahwa jika Amina melakukan pelanggaran tersebut sekali lagi di Tunisia, dia bisa dihukum hingga dua tahun penjara dan diberikan denda antara $ 60 dan $ 600.
Sebagai respon aktifis feminism , mereka membuat petisi dan hari aksi internasional pada 4 April untuk menyoroti ancaman terhadap Amina. Lebih dari 10.000 orang telah menandatangani petisi tersebut yang menyerukan pembebasan terhadap yang mengancam kehidupan Amina .
Femen telah merilis sebuah pernyataan mengutuk “ancaman barbar kelompok Islam yang keras menentang Amina. ”
“Kami takut untuk hidupnya dan kami mengajak perempuan untuk memperjuangkan kebebasan mereka terhadap kekejaman agama” tambahnya.
Bulan lalu, Femen bersama wanita Iran di Swedia, yang turun ke jalan-jalan di Stockholm memprotes pengenaan Hijab (jilbab Islam) terhadap wanita , demonstrasi dilakukan dengan bertelanjang. (Dz/Al Arabiya)