Umat Kristen dan Hindu menunjukkan solidaritas mereka terhadap umat Islam, mengecam pemerintah Inggris yang menganugerahkan gelar ksatria pada penulis novel Ayat-Ayat Setan, Salman Rusdi. Ulama di Pakistan bahkan mengusulkan penghargaan tandingan, dengan memberikan gelar ksatria buat Usamah bin Ladin.
Ulama terkemuka yang mengetuai bidang keagamaan parlemen Pakistan Maulana Sami Ul-Haq mengatakan, daripada memprotes pemerintah Inggris, dunia Islam sebaiknya memberikan penghargaan tandingan, dengan memberikan gelar kehormatan "Sir" pada Usamah bin Ladin dan pemimpin Taliban Mullah Omar.
"Dunia akan melihat bagaimana reaksi negara-negara Barat jika umat Islam memberikan penghargaan pada Bin Ladin dan Mullah Omar seperti yang dilakukan pemerintah Inggris pada Salman Rusdi.
Dewan Ulama independen di Pakistan yang mengklaim memiliki 2 ribu anggota yang terdiri dari para ulama bahkan langsung mendeklarasikan pemberian gelar "Saifullah" yang berarti Pedang Allah pada Usamah bin Ladin.
"Kami dengan bangga memberikan penghargaan berupa gelar Saifullah pada Usamah bin Ladin, setelah pemerintah Inggris memutuskan untuk mengabugerahkan gelar ‘Sir’ pada Rusdi, " tandas Maulana Tahir Asharafi, ketua Dewan, seperti dikutip AFP.
Di tempat terpisah, Dr Arbab Ghulam Rahim, perwakilan pemerintahan provinsi Sindh dalam keterangan persnya kemarin menyatakan mengembalikan penghargaan berupa gelar kehormatan "Sir" dan "Khan" pada pemerintah Inggris yang pernah diberikan pada kakek dan pamannya.
Kakek Dr Ghulam Rahim bernama Arbab Mir Muhammad, diberi gelar kehormatan "Sir" pada 12 Mei 1937 oleh Raja Inggris George-VI, sedangkan pamannya, Arbab Toghachi diberi gelar kehormatan "Khan" pada 1 Januari 1945.
"Saya mengumumkan pengembalian gelar kehormatan ini sebagai bentuk protes pada pemerintah Inggris. Dalam situasi di mana orang seperti Salman Rusdi diberi gelar ksatria, sebagai seorang Muslim dan kepala keluarga Arbab, saya tidak bisa melanjutkan menerima gelar ini, " tukas Rahim dalam keterangan persnya.
Ia menambahkan, keluarganya malu untuk tetap menyandang gelar kehormatan yang diberikan oleh pemerintah yang telah menganugerahkan gelar yang sama pada orang yang telah melecehkan Rasulullah.
Dr Ghulam Rahim menyerukan masyarakat Pakistan yang pernah diberi gelar kehormatan oleh pemerintah Inggris, untuk melakukan langkah yang sama. Terutama pada mantan perdana menteri Benazir Bhutto, yang kakeknya juga diberi gelar kehormatan oleh pemerintah Inggris pada era tahun 1940-an.
Solidaritas Umat Kristen dan Hindu
Umat Kristen dan Hindu di Pakistan juga melontarkan kecaman pada pemerintah Inggris yang telah memberikan penghargaan terhadap Salman Rusdi.
Uskup Ejaz Enayat dari Keuskupan Gereja Protestan Pakistan menyatakan, sama seperti umat Islam, pihaknya juga syok mendengar berita itu. "Saya ingin mengusulkan pada pemerintah Inggris, jika penghargaan itu begitu penting buat Salman Rusdi, maka gelar yang harus diberikan adalah gelar ‘Devil Sir’, itu cocok buat dia, " kata Ejaz geram.
Uskup Enayat meminta agar penghargaan itu tidak dikaitkan dengan umat Kristen. "Saya ingin katakan pada saudara-saudara kami yang Muslim, ada perbedaan antara Blair dan umat Kristen. Tony Blair (perdana menteri Inggris demisioner) tidak mewakili umat Kristen, dia mewakili kekuatan-kekuatan non-agama, " tegas Enayat.
Uskup Rehmat dari Gereja Katolik Karachi menambahkan, "Rusdi telah menyakiti jutaan orang, termasuk umat Islam dan Kristen. Kami dengan tegas mengecam keputusan pemerintah Inggris dan mendesak agar Inggris membatalkan penghargaan buat Rusdi. "
Uskup Rehmat menyerukan agar umat Islam dan Kristen bersama-sama melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Komisi Tinggi Inggris.
Sementara itu pemimpin Senior komunitas Hindu di Karachi Robin Das menyatakan, bahwa komunitas Hindu di Pakistan juga mengecam keputusan pemerintah Inggris. Menurutnya, Rusdi sudah menunjukkan gambaran yang salah tentang agama dan telah menerbarkan bibit-bibit kebencian di kalangan umat beragama.
Kecaman terhadap pemerintah Inggris, juga mulai berdatangan dari sejumlah negara Muslim lainnya, antara lain Irak, Mesir, Malaysia, termasuk Indonesia.
Parlemen Mesir mengkritik penghargaan tersebut dan menyebutnya sebagai penghargaan yang lebih buruk dari kasus kartun Nabi Muhammad Saw di Denmark beberapa waktu lalu.
Sejumlah warga Muslim di Malaysia, Rabu kemarin menggelar unjuk rasa di depan kantor komisi tinggi Inggris.
Menlu Indonesia Hassan Wirajuda berkomentar, penghargaan terhadap Rusdi tidak diberikan pada saat yang tepat sehingga menimbulkan situasi yang tidak kondusif bagi kalangan umat beragama. (ln/iol)