Sikap apatis pimpinan tertinggi gereja Katolik Paus Benediktus XVI terhadap wacana dialog guna menjembatani gap antara Muslim dan umat Kristiani, membuat sejumlah ulama Islam kecewa. Padahal banyak pemimpin gereja Katolik sudah menyatakan dukungannya atas dialog tersebut.
Untuk itu, para pemuka dunia Islam membuat surat yang ditandatangi sekitar 138 orang yang isinya antara lain mengatakan, "Umat Islam masih menunggu respon positif dari Yang Mulia Paus Benediktus. Kami menyerukan Paus untuk menyikapi inisiatif para ulama Muslim ini, dengan niat baik yang sama, yang sudah diterima oleh banyak umat Kristiani. "
Penasehat senior di Program Antar Agama Cambridge Aref Ali Nayed, yang juga ikut menandatangani surat pernyataan tersebut mengatakan, mereka sudah menyampaikan surat itu secara langsung pada Paus Benediktus.
Ungkapan kekecewaan yang disampaikan para pemuka agama Islam itu, bukan yang pertama kali. Sebelumnya, Syaikh Izzeldine Ibrahim, penasehat masalah kebudayaan pemerintah Uni Emirat Arab secara pribadi sudah mengungkapkan kekecewaannya atas sikap Paus Benediktus pada hari Minggu (21/10), dalam acara makan siang yang digelar Vatikan bersama tokoh-tokoh keagamaan yang hadir dalam pertemuan tiga hari yang digelar di kota Naples, selatan Italia.
Pada awal bulan Oktober kemarin, 138 ulama Muslim juga menyampaikan surat terbuka pada para pemuka agama Kristen, termasuk Paus Benediktus XVI. Dalam surat yang bertajuk "A Common Word Between Us and You" sepanjang 29 halaman itu, para ulama Muslim menjelaskan sejumlah kesamaan interpretasi dalam al-Quran dan Alkitab
Dalam surat terbuka yang baru ini, para ulama Muslim mengkritik pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh pejabat tinggi Vatikan yang membidangi hubungan antar agama Kardinal Jean-Louis Tauran, yang mengatakan bahwa dialog keagamaan dengan umat Islam tidak mungkin dilakukan selama umat Islam meyakini bahwa al-Quran adalah wahyu Allah.
"Sikap ini, seolah-olah menunjukkan bahwa umat Islam melupakan point penting dari dialog. Dialog, berdasarkan definisinya, terjadi antara orang-orang yang memiliki perbedaan pandangan, bukan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama, " kata Kardinal Jean-Louis. (ln/iol)