Sejumlah ulama Al-Azhar Asy Syarif di Kairo Mesir, menyambut tawaran Paus Benediktus XVI untuk menjalin dialog dengan para ulama yang setuju pada undangan dialog antara Islam dan Kristen.
Tapi, mayoritas ulama Azhar menolak jika lokasi pertemuan yang diajukan adalah di gedung Paus di Vatikan. Para ulama mengusulkan bila dialog itu dilakuan di kota-kota negara kaum Muslimin.
Undangan dari Vatikan datang pada hari Kamis (29/11), membalas surat yang disampaikan oleh 138 orang ulama Islam pada Oktober lalu yang bertajuk “Kalimatun Sawaa Bainanaa” (titik temu kami dan kalian). Dalam surat itu, para ulama Islam mengajukan ide untuk melakukan dialog antara para tokoh agama masing-masing.
Sebelum ini, dalam pidatonya Paus Benediktus XVI pernah melontarkan pelecehan terhadap Rasulullah dan Al-Quranul Karim, sehingga memunculkan ketegangan dengan dunia Islam. Menanggapi tawaran dialog Paus, DR. Abdul Mu’thi Bayoumi, anggota Majma’ Buhuts Islamiyah, dan anggota Tim Dialog Antar Agama di Al-Azhar mengatakan, “Kami menyambut tawaran dialog, dan kami memandang hal itu suatu yang baik. Dialog sudah pernah dilakukan dengan Vatikan tapi kemudian terputus akibat Benedict melakukan pidato yang menyakitkan. ”
Akan tetapi Dr. Bayoumi menolak bila dialog dilakukan di Vatikan. Ia mengatakan, “Dialog harus dimulai di salah satu kota negara kaum Muslimin. Apalagi, Raja Saudi Malik Abdullah bin Abdul Aziz sudah mendatangi Paus beberapa waktu lalu di Vatikan. Maka seharusnya pertemuan berikutnya dilakukan di salah satu kota Islam sehingga dialog dilakukan atas prinsip yang sama. ”
Dialog dengan Vatikan juga mendapat sambutan dari DR. Mustafa Shaka, anggota Majma’ Buhuts Islamiyah yang khusus membidangi dialog antar agama. Ia mengatakan, akan menerima dialog baik dengan Vatikan ataupun institusi Kristen yang lainnya. “Kami memeluk akidah yang memerintahka kami untuk menyikapi ahlul kitab dengan kasih sayang dan adil. Kami menyambut dialog karena dialog adalah salah satu prinsip Islam, ” ujarnya.
Meskipun demikian, pro kontra tentang dialog Islam-Kristen tetap masih ada. Sejumlah kalangan memandang bahwa upaya dialog ini dengan pesimis. Mereka memandang pada dasarnya menurut Al-Quran, kaum Yahudi dan Nasrani takkan rela dengan kaum Muslimin. (na-str/iol)