Akhirnya Uni Eropa mencabut sanksi atas Myanmar secara permanen. Sanksi yang dicabut meliputi sanksi perdagangan, ekonomi, dan perorangan di negara yang juga disebut Burma itu.
Menurut stasiun berita BBC, keputusan ini diambil pada voting menteri luar negeri Uni Eropa di Luxemburg, Senin waktu setempat. Namun, sanksi berupa embargo perdagangan senjata masih tetap diberlakukan untuk Burma.
Walau terjadi tragedi pembantaian Muslim Myanmar tak menjadi hal yang prinsip bagi EU untuk segera mencabut embargo atas Myanmar.
“Sebagai reaksi atas perubahan yang tengah terjadi dan harapan bahwa itu akan terus berlanjut, Dewan (para menteri) memutuskan untuk mencabut seluruh sanksi kecuali embargo senjata,” tulis Uni Eropa dalam pernyataannya.
Penghapusan sanksi ini adalah buah dari upaya reformasi Myanmar. Di bawah kepemimpinan Presiden Thein Sein, negara ini telah membebaskan banyak tahanan politik dan melonggarkan peraturan yang memberangus media.
Tokoh demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi menyambut baik keputusan Uni Eropa tersebut. Bekas tahanan rumah selama lebih dari 20 tahun ini mengatakan, “demokrasi Myanmar” sudah saat diwujudkan oleh upaya dari dalam, bukan ditekan oleh sanksi.
“Saya tidak ingin Myanmar terus bergantung dengan faktor eksternal untuk menuju rekonsiliasi, yang merupakan kunci kemajuan negeri ini,” kata Suu Kyi , peraih nobel perdamaian yang tidak bersuara apapun ketika muslim Rohingya terbantai di negerinya.
Puluhan warga Muslim Rohingya di Myanmar jadi korban pembunuhan. Human Right Watch mengatakan, ini adalah pelanggaran HAM yang dilakukan tentara pemerintah dan warga yang katanya demokrasi dan HAM sudah tegak di sana. (Alj/Arby/BBC/Dz)