Setelah para ‘hombreng’ di Irak banyak mendapat ancaman pembunuhan dari mujahidin, karena selain melakukan tindakan yang bertentangan dengan Islam mereka juga bekerja di militer Amerika yang ada di Irak.
Sekarang sebagian kaum ‘Gay’ tersebut menikmati kebebasan mereka dengan pindah ke Turki. Di kota Istanbul yang sekuler tersebut sangat memberikan kelonggaran bagi anak muda Gay asal Irak, mereka merasa hidup nyaman dan tenang selama di negara sekuler Turki, berbeda jauh selama mereka tinggal di Irak yang menurut mereka penuh dengan resiko ancaman kematian.
Sekarang seorang anak muda dari keluarga menengah keatas Turki hidup bersama berbagi tempat disebuah apartemen kecil di kota Istanbul dengan lima pria Gay asal Irak, dia mengasingkan diri dari gelombang intoleransi dan mengatakan bahwa untuk pertama kali dalam hidupnya dia bisa mengekspresikan orientasi seksualnya secara terang-terangan didepan publik.
Tindakan Homoseksual adalah sesuatu yang terlarang di seluruh negara-negara yang ada di Timur Tengah, namun mereka dapat sedikit bernafas lega setelah Amerika menginvasi Irak, akan tetapi kebebasan para kaum Gay dan Lesbian di Irak tidak berlangsung lama, setelah terjadinya kebangkitan para mujahidin Islam memerangi pasukan As dan sekutunya – mereka juga menjadi target dari para mujahidin.
"Saya bisa dilacak dan dibunuh jika saya mengaku saya seorang gay," kata Ameer."Tapi disini, di Turki kami merasa sebagai manusia dan hak-hak kami terjamin tidak seperti di negara asal kami Irak."
Di Baghdad, dia menjalani kehidupan Gay secara diam-diam, tanpa sepengetahuan keluarganya, hanya dia dan teman-teman Gaynya saja yang tahu. Di Irak dulunya tindakan Homoseksual dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara.
Ameer telah tinggal di Irak setelah keluarganya melarikan diri dari kekerasan sektarian, tinggal di wilayah kaum Syiah dan bekerja untuk militer Amerika di ibu kota Baghdad-yang dibentengi dengan Zona Hijau, sebuah kawasan yang aman bagi para orang asing disana.
Kasus pembunuhan para Gay terjadi pada bulan Maret dan April lalu, dimana ditemukan enam orang Gay terbunuh, empat orang diantara yang terbunuh itu didada mereka tertulis dengan bahasa Arab dengan kata-kata : ‘menyimpang’.
Ameer, yang telah meninggalkan Bagdad sejak bulan Juni 2007 lalu, meminta suaka dan disetujui setelah tiga kali wawancara di kantor pusat PBB di Ankara Turki. Ia berharap suatu hari nanti ia bisa bergabung dengan pasangan gay lain di Amerika Serikat.
"Teman dan sepupu saya di AS mengatakan bahwa saya bisa menikmati kehidupan gay disana, dan saya tidak perlu malu untuk mengatakan bahwa saya seorang Gay," katanya.
Namun untuk saat ini, Ameer menikmati dahulu kebebasan penyimpangan seks nya di negara sekuler Turki yang mayoritas penduduknya Muslim, dimana dirinya merasa aman dan nyaman dengan ke ‘hombrengan’nya. Untuk bertahan hidup di Turki, Ameer mendapat sedikit kiriman uang dari keluarganya di Irak serta ia melakukan pekerjaan mencuci mobil.
"Kami tidak punya rasa khawatir lagi disini," kata salah seorang temen Gay Ameer yang bernama Safwan. "Saya akan berpikir 100 kali untuk kembali ke Irak."(fq/aby)