Menteri Perdagangan dan Industri Turki Nihat Ergun menyerukan boikot terhadap produk China sebagai protes atas aksi kekerasan yang dilakukan etnis Han dan aparat China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Sementara itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan Turki siap menerima tokoh gerakan Muslim Uighur, Rabiya Kadeer jika ia diasingkan menyusul kerusuhan antar etnis di Xinjiang.
Dalam pernyataannya, Menteri perdagangan dan Industri Turki mengancam China dengan mengatakan, jika negara yang produk-produknya dikonsumsi oleh rakyat Turki tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan maka Turki akan meninjau kembali konsumsi produk-produk itu.
"Konsumen yang membeli sebuah produk harus tahu apakah negara yang memproduksi barang itu menghormati nilai-nilai kemanusiaan atau tidak," kata Ergun saat ditanya para wartawan tentang kerusuhan di Xinjiang.
Turki, negara yang paling keras mengkritik pemerintah China atas apa yang terjadi di Xinjiang. Turki menyatakan menghormati wewenang pemerintah China di Xinjiang, namun Turki juga punya hubungan budaya dengan Muslim Uighur karena Muslim Uighur masih banyak yang menggunakan bahwa Turki.
Erdogan juga mengatakan akan memberikan visa untuk Rebiya Kadeer, tokoh Muslim Uighur yang berada dalam pengasingan di AS. Menurut Rebiya, ia pernah dua kali mengajukan permohonan visa ke Turki tapi ditolak.
Sementara itu, arus pengungsian Muslim Uighur mulai mengalir. Warga Muslim meninggalkan ibukota Xinjiang, Urumqi untuk menghindari aksi-aksi kekerasan dari etnis Han China. Pemerintah China juga melarang Muslim Uighur untuk salat di masjid-masjid.
Di terminal bis Bayi, terlihat tumpukan penumpang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 10.000 orang. Menurut seorang petugas terminal, jumlah ini dua kali lipat dari jumlah penumpang dalam situasi normal. Para pengungsi bercampur dengan para siswa sekolah yang akan pergi liburan musim panas. (ln/yn/asiaone)