Erdogan menanggapi pernyataan sinis Presiden Turki Necdet Sezer yang mengatakan bahwa dirinya bakal mengancam sistem sekulerisme di Turki bila menjadi Presiden Turki. Menurut Erdogan, ia tidak pernah berpikir untuk menjadi presiden Turki. Kepada harian lokal, Radical, Erdogan mengatakan, “Saya bukan orang yang berobsesi menduduki kursi presiden. Saya buka orang yang berobsesi menjadi pemimpin Negara. Keinginan saya hanya agar Negara ini menjadi tempat di mana para penduduknya hidup dalam kedamaian. ”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki juga tidak memiliki pikiran yang sejalan dengan Presiden Necdet Sezer. Pasalnya, ia malah menampik pernyataan Sezer yang menganggap bahwa saat ini system sekuler Turki akan menghadapi ancaman besar bila tokoh berpikiran Islamis menduduki kursi presiden. Dalam keterangan Persnya ia mengatakan, “Saya tidak setuju dengan pernyataan Presiden soal ini. “
Namun begitu, tentara Turki sudah memendam kekhawatiran sebagaimana yang dikatakan Sezer. Sistem militer Turki yang menjadi pelindung Negara sekuler Turki didirikan oleh Mushtafa Kamal Ataturk. Orang-orang sekuler di Turki rencananya, juga akan menggelar demonstrasi massal menentang pencalonan Erdogan dalam pemilu presiden. Komandan Milter Turki, Yesar Poyukant bahkan sudah memberi ultimatum pada Partai Keadilan dan Pembangunan untuk tidak mengajukan Erdogan dalam bursa pemilu presiden mendatang. “Presiden mendatang harus merupakan orang yang mendukung system sekuler Turki, ” ujarnya.
Diperkirakan, partai Keadilan dan Pembangunan bakal mengajukan Erdogan dalam bursa pemilu presiden yang segera digelar. Kemungkinan Partai Keadilan dan Pembangunan memenangkan kursi presiden bukan tanpa alasan. Justru hal itu sangat besar kemungkinannya lantaran saat ini, Partai Keadilan dan Pembangunan menduduki kursi terbanyak di parlemen Turki.
Seperti diberitakan, Presiden Turki Ahmed Necdet Sezer sangat mengkhawatirkan kemunculan arus Islam di masyarakat Turki. Menurutnya arus kesadaran Islam yang merebak di Turki adalah ancaman terbesar bagi negeri Turki. “Sistem sekuler Turki sekarang menghadapi ancaman bahaya laten sejak didirikan tahun 1923. Hal ini terkait dengan semakin terbukanya kemungkinan kepemimpinan Negara dipegang oleh seorang yang memiliki latar belakang pemikiran Islam untuk pertama kalinya di Turki, ” ujar Sezar.
Kegalauan dan kekhawatiran Sezar itu jelas mengarah pada perkembangan terakhir, di mana Partai Keadilan dan Pembangunan yang dikelola oleh aktifis Islam mencalonkan diri dalam pertarungan pemilu presiden mendatang. Yang dikhawatirkan itu adalah sosok Recep Thaeb Erdogan, yang memang telah digaungkan bakal menjadi pengganti presiden sekuler Serez yang masa kepemimpinannya akan berakhir pada 16 Mei mendatang. Tentu saja, Erdogan menolak klaim yang diungkapkan Serez tersebut.
Serez saat menyampaikan pidato di akademi militer beberapa hari lalu mengatakan, “Ada serangan yang membahayakan kekuatan militer. Sangat mungkin pemilu presiden pada bulan depan akan memilih presiden pertama di Turki yang memiliki akar pemiiran Islam. ” Ia menambahkan bahwa system politik Turki selama ini belum pernah mendapat ancaman bahaya laten seperti ini sejak didirikan. “Berbagai kegiatan yang menekan system sekuler dan upaya memasukkan unsure agama dalam politik kini semakin memunculkan ragam kegentingan social, ” katanya. (na-str/iol)