Sejumlah pejabat negara Turki melakukan pembicaraan secara terpisah dengan perwakilan Suriah dan Israel di Istanbul, sejak Senin (19/5). Tim Turki, dipimpin oleh deputi kementerian luar negerinya Feridun Sinirlioglu menjadi mediator bagi upaya membuka jalan pembicaraan langsung antara Israel dan Suriah yang selama delapan tahun belakangan ini dikenal sebagai musuh bebuyutan.
Pihak Israel dan Suriah tidak membantah adanya upaya mediasi yang dilakukan Turki. Dalam pernyataan yang diberikan terpisah oleh Suriah dan Israel, mereka menyatakan telah memulai dialog terbuka untuk mencapai perdamaian secara menyeluruh.
Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dalam pernyataannya mengatakan bahwa keduabelah pihak telah memulai dialog tidak langsung di bawah mediasi Turki. Sementara pihak Suriah mengatakan, pembicaraan yang dilakukan keduabelah pihak dilakukan dengan niat yang baik. Suriah siap berdialog langsung dengan Israel di Turki, jika rejim Zionis itu menunjukan keseriusannya untuk berdialog.
"Kami berharap Israel serius untuk melakukan pembicaraan langsung, sehingga keduabelah pihak bisa melakukan negosiasi secara langsung, " kata Menlu Suriah, Walid al-Muallem di sela-sela sebuah konferensi di Qatar.
Tim mediasi Turki mengatakan, pembicaraan ini rencananya akan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali setiap bulan. Menurut seorang pejabat senior Israel, negosiasi untuk membuka jalan dialog langsung antara Suriah dan Israel akan menjadi proses yang panjang dan lama.
Masalah Golan
Menlu Suriah Walid Muallem mengatakan, Damaskus telah menerima informasi tentang komitmen Israel untuk mundur dari Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang dicaplok Israel dan menjadi pangkal sengketa kedua negara itu. Suriah menginginkan Israel mengembalikan wilayah tersebut berdasarkan garis perbatasan tanggal 4 Juni 1967.
"Berita ini bukan hak yang baru. Karena mulai mengemuka sejak tahun 1993, ketika Rabin (mantan perdana menteri Israel Yitzhak Rabin) berjanji akan mundur total dari Golan, " kata Muallem.
Sementara itu, Olmert mengatakan bahwa Israel siap mundur dari Golan asalkan Suriah memutus hubungan dengan Iran, Hizbullah dan Hamas.
Para analis di Israel pesimis Olmert akan mendapat dukungan atas pernyataannya itu. "Olmert tidak didukung mayoritas suara di parlemen dan dukungan publik Israel terhadap Olmert saat ini juga makin menurun, " kata analis Moshe Maoz.
Menurut Maoz, 70 persen warga Israel menentang dikembalikannya Dataran Tinggi Golan pada Suriah, bahkan jika dilakukan dengan kesepakatan damai. Ia berpendapat, pernyataan Olmert hanya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian publik Israel atas kasus korupsi yang sedang melilit Olmert. (ln/al-arby/iol)