Eramuslim.com – Turki meminta bantuan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan keagamaan, politik, dan sosial Islam, di Qatar dan Ankara untuk mendukung protesnya melawan demarkasi Mesir dan Yunani atas batas maritim mereka.
Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai kekuatan politik terbesar dan paling terorganisir di Mesir, dengan penganutnya diperkirakan berjumlah antara 2 dan 2,5 juta.
Kampanye tersebut dimulai ketika Kementerian Luar Negeri Turki mengumumkan bahwa perjanjian antara Kairo dan Athena dianggap batal karena wilayah pengakuan tersebut berada dalam cangkupan teritorial Turki, dan mengklaimnya sebagai pelanggaran perbatasan maritim Libya. Itu juga terjadi di tengah latar belakang eksplorasi energi Turki yang kontroversial di Mediterania Timur.
“Mengejutkan bahwa pernyataan dan tuduhan semacam itu dibuat pihak yang tidak mengetahui perjanjian tersebut dan rinciannya,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Hafez, dalam kicauannya di Twitter saat menanggapi sikap Turki yang dikutip di Arab News, Senin (10/8).
Pernyataan Turki tersebut diikuti serangkaian serangan dari Ikhwanul Muslimin di media sosial, mengkritik kesepakatan dan menuduh Mesir berkomplot melawan Turki. Lusinan situs yang diluncurkan dari Turki membagikan laporan dan foto palsu yang menyerang perjanjian tersebut.