eramuslim.com — Harapan agar perang tidak ada lagi setelah Donald Trump dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) tampaknya hal yang tidak mudah bahkan sulit terwujud.
Pasalnya, Tim Transisi Departemen Luar Negeri di negara adidaya itu akan dipimpin oleh Brian Hook. Menurut pengamat Timur Tengah, Dina Sulaeman, Hook adalah seorang Zionis penghasut perang.
“Brian Hook baru saja dipilih Donald Trump untuk memimpin Tim Transisi Departemen Luar Negeri. Dia seorang Zionis, penghasut perang, dan neokon,” tulis Dina Sulaeman melalui akun pribadinya di X, @dina_sulaeman, dikutip Jumat (8/11/2024).
Hook, kata dia, sangat anti Iran. Sebab, lanjut Dina Sulaeman, Hook mengatakan bahwa Presiden Trump memahami bahwa penyebab utama ketidakstabilan di Timur Tengah saat ini adalah rezim Iran.
Sebagai informasi, Hook diyakini akan menjadi pemimpin transisi tim di Departemen Luar Negeri AS di kepemimpinan Trump.
Hook mengatakan bahwa kebijakan Trump itu tersembunyi di depan mata, mengacu pada keputusan Trump pada periode pertama ia menjabat pada 2017 hingga 2021.
Ketika itu, presiden dari partai Republik tersebut bersikap keras terhadap Iran, meninggalkan perjanjian nuklir AS-Iran, dan menerapkan kampanye sanksi tekanan maksimum ke negara itu.
Dia juga membina hubungan dengan negara-negara Arab Sunni, yang pada akhirnya menjabat sebagai perantara Perjanjian Abraham antara Israel dan sejumlah negara Muslim.
“Presiden Trump memahami bahwa penyebab utama ketidakstabilan di Timur Tengah saat ini adalah rezim Iran,” kata Hook dikuip dari The Times of Israel.
Menurutnya, hal itu sangat kontras dengan era Pemerintahan Joe Biden yang menurutnya mengambil kebijakan peredaan dan akomodasi dengan Iran.
Menurutnya hal itu mengarah pada kegagalan pencegahan, karena tak ada yang percaya bahwa ada ancaman kekuatan militer yang kredibel.
Hook juga berbicara positif terkait negara teluk, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
“Menurutnya kawasan teluk adalah yang paling dinamis secara ekonomi dan budaya di dunia saat ini,” tuturnya.
Hook juga menyebutkan ekstremisme dan ideologi revolusioner rezim Iran sebagai halangan besar untuk perkembangan kawasan. (sumber: fajar)