Tragedi Norwegia, Mereka yang Ingin Mengobarkan Sentimen Anti-Muslim

Kelompok dan publik figur anti-Islam memanfaatkan tragedi berdarah di Oslo dan Utoeya, Norwegia sebagai momen untuk mengobarkan sentimen anti-Muslim di seluruh Eropa. Dibantu media massa, mereka membentuk opini masyarakat bahwa eksistensi Islam dan Muslim di Eropa tetap menjadi faktor utama penyebab terjadinya aksi teror yang dilakukan oleh Anders Behring Breivik, seorang pemuda Kristen nasionalis radikal.

Kelompok sayap kanan di Inggris misalnya, terus menerus menyatakan bahwa serangan teror di Norwegia adalah sinyal makin meningkatnya kemarahan masyarakat Eropa terhadap kaum imigran Muslim. Sementara, seorang pejabat pemerintahan koalisi di Italia yang juga anggota parlemen Eropa Mario Borghezio memuji tindakan keji Breivik dan menyebut ide-ide Breivik "hebat".

Diantara banyak orang yang mengutuk tragedi berdarah di Norwegia, ternyata banyak pula yang justru membela Breivik. Pemimpin English Defence League–kelompok anti-Islam–Stephen Lennon mengatakan ia tidak memaafkan amukan Breivik, tapi tindakan Breivik menurut Lennon, menunjukkan bahwa banyak orang yang takut atas keberadaan imigran Muslim, dan sudah saatnya semua orang memberikan perhatian pada masalah ini.

"Apa yang terjadi di Oslo menunjukkan betapa orang Eropa menjadi begitu putus asa. Ini adalah bom waktu. Jika rasa frustasi dan kemarahan itu tidak ada penyalurannya–untuk melepaskan emosi itu dengan cara yang demokratis–maka situasi itu akan menciptakan monster-monster seperti Breivik," kata Lennon.

Dalam manifestonya, Breivik mengungkapkan kekagumannya pada kelompok EDL dan menyatakan ingin berpartisipasi dalam aksi-aksi demonstrasi anti-Islam dan anti-Muslim yang kerap digelar EDL. Lennon terkesan enggan kelompoknya dikait-kaitkan dengan Breivik. Ia mengatakan, sejauh ini polisi belum melakukan pemeriksaan terhadap EDL dan anggota-anggotanya.

Sementara itu, politisi Italia yang juga anggota parlemen Eropa Mario Borghezio mengobarkan sentimen anti-Muslim dengan menunjukkan dukungannya pada Breivik. Di Italia, Borghezio dikenal sebagai tokoh antiimigran dan anti-Islam.

Breivik mengaku melakukan pembantaian terhadap para remaja yang sedang mengikuti perkemahan musim panas di Utoeya, sebagai pesan agar semua Muslim diusir dari Eropa. Dukungan dan pujian Borghezio terhadap pemikiran Breivik memicu kontroversi di negerinya.

Tapi Lennon–tokoh EDL–malah keliling Eropa; ke Jerman, Prancis dan Belanda untuk mengampanyekan dan menggalang dana untuk mendukung "perjuangan" anti-Islam EDL.

Lennon mendirikan EDL pada tahun 2009. Sejak awal, Lennon mengatakan bahwa EDL adalah kelompok yang ingin menghentikan masuknya imigran Muslim ke Eropa, mencegah diberlakukannya hukum syariah dan menolak pembangunan masjid-masjid.

Lennon mengklaim banyak kelompok di Eropa yang punya tujuan serupa dengan EDL. "Islam adalah ancaman buat Eropa," tukas Lennon.

Pemerintah Norwegia langsung membentuk sebuah gugus tugas untuk membantu penyelidikan atas dua serangan teror di negeri itu. Juru bicara Kepolisian Eropa–Europol–Soeren Pedersen mengatakan, negara Inggris akan ikut dalam gugus tugas itu, dan bisa jadi akan melibatkan banyak negara. Tujuan pembentukan gugus tugas ini, bukan hanya melakukan penyelidikan atas tragedi berdarah di Norwegia, tapi dalam jangka panjang akan melakukan upaya untuk melakukan penilaian bersama terhadap ancaman dari kelompok-kelompok sayap kiri ekstrim di Eropa.

Sejauh ini, pemerintah Norwegia sudah mengontak sejumlah negara, untuk mengetahui siapa saja orang di negara-negara lain yang pernah dikontak Breivik melalui dunia maya. Salah satu negara yang dikontak adalah Portugal. (kw/aljz/MDN)