Istanbul, Khujali, Karabakh, 26 Ferbuari 1992. Salju turun demikian tebal. Udara benar-benar gigil. Seluruh pelosok kota tampak serupa tak berpenghuni. Musim dingin di wilayah sabuk Kaukasus memang benar-benar bagai neraka beku.
Akhir bulan Februari itu rupanya menjadi hari-hari yang mencekam di kota Khujali, yang menjadi bagian dari Karabakh, wilayah kecil yang menjadi sengketa antara Armenia dan Azerbaijan. Khujali pada paruh terakhir musim dingin itu telah menjadi panggung pembantaian yang mengerikan.
Malam itu, ratusan orang Muslim, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua, yang berasal dari rumpun etnik Azeri (Azerbaijan) dan kebanyakan tinggal di kota Khujali, Karabakh, dibantai secara brutal oleh tentara militer Armenia.
Terletak 270 km sebelah barat Baku, ibu kota Azerbaijan, Karabakh sejatinya masuk ke dalam bagian wilayah negara Azerbaijan. Namun, wilayah tersebut dihuni oleh mayoritas etnik Armenia.
Penduduk etnik Armenia setempat memproklamasikan kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada 10 Desember 1991, namun kedaulatan republik tersebut tidak diakui oleh dunia internasional dan wilayah tersebut secara de jure dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan.
Militer Armenia pun turut campur tangan lebih jauh, juga Rusia yang ikut membantu Armenia. Konflik antara Armenia yang mayoritas penduduknya bergama Kristen Ortodok-Apostle dengan Azerbaijan yang berpenduduk mayoritas Muslim pun segera meledak. Kedua negara bertetangga itu terlibat perang urat syaraf.
Khujali, kota kecil dan bersahaja yang berpenduduk 3 ribu Muslim entik Azerbaijan, sontak menjadi kota yang paling tertekan dan mencekam pada saat semakin memuncaknya suhu konflik antar kedua negara.
Kasak kusuk yang beredar di kota yang terletak lebih dekat ke Azerbaijan itu mengatakan, jika orang-orang Armenia akan membantai mereka. Dan kasak-kusuk itu pun menjelma menjadi kenyataan. Pada malam 26 Ferbuari 1992, ribuan etnik Armenia-Karabakh yang dibantu oleh militer Armenia melumat kota Khujali yang tengah bergegas untuk beristirahat.
Sekalipun penyerbuan waktu itu hanya berjalan semalam saja, namun korban yang jatuh tercatat lebih dari 600 orang, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua. Mesjid-mesjid, madrasah, rumah, dan bangunan-bangunan kota Khujali banyak yang hancur. Khujali di malam itu benar-benar menjadi ladang pembantaian.
Pasca pembantaian itu, sebagian orang Khujali yang masih tersisa memilih untuk bertahan hidup di kota itu. Namun, sebagian orang-orang etnik Azeri lainnya yang tinggal di Karabakh dan di wilayah-wilayah Armenia banyak yang memilih mengungsi ke Azerbaijan.
Setahun kemudian (1993), Armenia dan Azerbaijan mengadakan gencatan senjata. Meski demikian, sebagian wilayah Azerbaijan masih diduduki Armenia dan konflik Karabakh masih belum tuntas, bahkan hingga saat ini.
Sayangnya, tragedi pembanaian Muslim Khujali oleh Militer Armenia pada Februari 1992 itu kemudian terlupakan begitu saja. Orang-orang banyak yang tak mengetahui perihal genosida mengerikan itu, sekalipun dewan HAM Internasional telah memutuskan Armenia melakukan kejahatan kemanusiaan atas kasus Khujali.
Dan pada Sabtu (21/2) kemarin, WAMY (World Assembly of Muslim Youth), organisasi pemuda Muslim internasional yang dipayungi oleh Liga Dunia Islam (Rabitah al-Alam al-Islami) menggelar misi internasional dengan tajuk "al-Adalah li Khujali" (Kedilan untuk Muslim Khujali) di Istanbul, Turki.
Salah satu pembukaan dari misi tersebut adalah digelarnya pameran fotografi dengan tema besar "Khujali fi Uyun Syabab al-Muslim" (Khujali dalam Optik Pemuda Muslim), yang digelar di gerai pameran stasiun utama Metro (Kereta Listrik) Istanbul.
Situs berita Turki berbahasa Arab Akhbar al-Alam (22/2) mengabarkan, pameran tersebut akan digelar hingga 26 Februari mendatang, dan diikuti oleh fotografer dari pelbagai negara.
Sumber penyelenggara pameran menyatakan, dengan digelarnya misi ini, diharapkan dunia internasional, khususnya dunia Muslim, dapat membantu dan bersimpati untuk masa depan Muslim Azeri di Khujali, juga masa depan Muslim Kabarakh.
Sebelumnya, pada Mei tahun lalu, pameran fotografi dengan tema serupa juga pernah digelar di Baku, Azerbaijan. (atj cairo/alm)