Tony Blair, "Kebijakan Politik Saya Didorong Sentimen ke Kristenan"

Motif keagamaan ternyata menjadi faktor utama dalam peran-peran politik Inggris terkait masalah Irak dan Afghanistan. Inilah yang diakui mantan PM Inggris Tony Blair.

Ia akhirnya mengaku, bila sentimen ke Kristenannya memainkan peran penting dalam kebijakan-kebijakan politiknya selama 10 tahun menjabat sebagai Perdana Menteri. Termasuk kebijakan tentang melakukan operasi militer ke Irak.

Blair juga mengaku sengaja motif keyakinan agama itu tidak dipublikasikan sebelumnya, untuk menghindari klaim sebagian orang yang mungkin menganggapnya “tidak waras”.

Ungkapan Blair itu mengemuka dalam film dokumenter berjudul “Tahun-tahun Jabatan Blair”. Film tersebut ditayangkan oleh stasiun televisi BBC I. Di dalamnya Blair untuk pertama kali mengungkapkan secara blak-blakan soal motif ke Kristenannya itu di balik kebijakan politiknya. Ia bahkan mengatakan bahwa keyakinan agama sangat penting bagi dirinya.

“Apa yang akan saya katakan adalah bila Anda berada dalam sistem politik AS atau sistem politik lainnya, ketika Anda mendapat kesempatan berbicara tentang keyakinan agama secara merdeka. Kemudian masyarakat akan mengatakan itu adalah hal yang wajar, dan reaksi yang muncul juga wajar. Tapi bila Anda berbicara terus terang tentang hal itu di dalam sistem politik kita (Inggris), maka orang-orang akan meyakini bahwa Anda gila, ” ujar Blair.

Mantan PM Inggris itu sebelumnya mengatakan bahwa pengaruh agama tidak menjadi pertimbangan terkait dengan keyakinan agamanya. Jubir Blair, Mr Campbell, sepanjang tahun 1997 – 2003, mengeluarkan pernyataannya yang sangat terkenal “Kami tidak akan berinteraksi dengan urusan agama.

Menurut Blair, ungkapan stafnya ketika itu adalah karena memang ungkapan yang terkait urusan agama akan memunculkan banyak problem. Meskipun dalam rekaman film dokumenter yang sama itu, Campbell tetap menyatakan tak ada motif agama di balik kebijakan Blair.

Perlu diingat, Blair adalah aktor penting Inggris antara 1997 – 2007, yang terlibat secara intensif bekerjasama dengan AS dalam soal serangan ke Afghanistan dan Irak. Sejumlah pengamat melalui The Sunday Telegraph mengatakan bahwa “Sentimen agama yang dimiliki Blair menyebabkannya buta terhadap apapun dampak kebijakannya. Hal itulah yang kemudian disinggung Blair saat ia akan meningalkan jabatannya dengan mengatakan, “Tuhan yang akan menetapkan langkah ke depan dalam kaitan perang Irak. ”

Memiliki sentimen agama dalam menentukan kebijakan politik ataupun militer memang sah-sah saja sebenarnya. Tapi setidaknya, ungkapan Blair ini juga menginspirasi keberanian pihak umat Islam untuk bersikap dan menentukan kebijakan politik dengan pertimbangan kepentingan Islam dan Umat Islam. Berani? (na-str/iol)