Keinginan Keith Ellison-warga Muslim pertama AS yang terpilih menjadi anggota Kongres baru-baru ini-untuk diambil sumpahnya dengan al-Quran dikecam oleh seorang tokoh Yahudi. Namun kelompok-kelompok hak asasi manusia dan organisasi anti-rasisme di AS menilai kecaman terhadap Ellison tidak berdasar dan tidak menunjukkan sikap toleransi beragama.
Organisasi Anti-Defamation League (ADL) dalam pernyataannya mengkritik argumen Dennis Prager- seorang kolomnis dan pembawa acara talk-show radio berdarah Yahudi-yang menyatakan bahwa Ellison selayaknya tidak diberi izin disumpah dengan Al-Quran.
Prager dalam situs pribadinya juga menulis bahwa keinginan Ellison itu akan "merusak sendi-sendi peradaban Amerika." Selama ini, tulisnya, seorang anggota Kongres diambil sumpahnya untuk mengabdi pada Amerika dan mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya. "Amerika hanya mengakui satu kitab suci, yaitu Injil," kata Prager.
ADL menilai pernyataan Prager itu menunjukkan sikap yang tidak toleran, menyesatkan dan tidak mencerminkan sikap rakyat Amerika. ADL mematahkan argumen Prager dengan mengatakan bahwa anggota Kongres, seperti semua warga AS, seharusnya dibebaskan untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing tanpa campur tangan pemerintah dan tanpa paksaan, karena semua itu dijamin dalam konstitusi AS.
Sementara Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyatakan, dengan pernyataannya itu, Prager seharusnya dipecat dari keanggotaan United States Holocaust Memorial Council.
"Tak seorang pun yang memiliki pandangan fanatik, tidak toleran dan memecah belah, layak mendapatkan posisi sebagai pembuat keputusan di lembaga dana yang berasal dari pembayar pajak," demikian bunyi bagian surat yang dikirim CAIR ke Holocaust Memorial Council.
Surat itu juga menyatakan, keberadaan Prager di lembaga itu hanya akan menjadi pesan negatif bagi umat Islam di dunia terkait dengan komitmen AS terhadap toleransi beragama.
Prager bisa duduk di Holocaust Memorial Council atas penunjukkan Presiden AS, George W. Bush pada bulan Agustus lalu. Masa jabatan Prager di Dewan tersebut baru akan habis pada Januari 2011.
ADL sepakat dengan desakan CAIR agar keberadaan Prager di Dewan itu dikaji ulang karena pandangan-pandangannya yang "buruk" dan "tidak toleran."
"Kalau Prager hanya seorang blogger atau pembawa acara talk-show radio yang berusaha relevan dan provokatif,pandangan-pandangannya mungkin tidak ada manfaatnya ditanggapi. Tapi, sebagai anggota United States Holocaust Memorial Council yang baru ditunjuk, pandangan-pandangannya seharusnya berstandar tinggi," tegas CAIR.
Saat ini warga Muslim di AS jumlahnya sekitar enam sampai tujuh juta orang, kurang lebih sekitar tiga persen dari 300 juta jumlah populasi AS.
Pasca serangan 11 September, kehidupan warga Muslim AS berubah drastis. Mereka mengeluhkan sering mengalami diskriminasi dan stereotipe hanya karena identitas Muslim mereka.
Para pemuka Islam di Negeri Paman Sam berulangkali menyesalkan siaran-siaran radio dan acara-acara televisi yang kerap mengingatkan rakyat AS tentang keberadaan apa yang mereka sebut "Islam militan" dan "Islam radikal" serta sikap sejumlah kalangan yang men-generalisir umat Muslim.
Sikap tegas para pemuka Muslim berhasil memaksa para pembawa acara radio untuk menyatakan pernyataan maafnya di udara dan menarik pernyataan-pernyataannya yang bernuansa rasis. (ln/iol)