Tokoh penting Syiah di Irak, Syaikh Ayatullah Moayed, meminta Al-Azhar Asy Syariif di Kairo Mesir untuk turun tangan mengatasi masalah perang antar etnik di negaranya. Ia mengatakan bahwa Al-Azhar yang meskipun sebagai lembaga Sunni, tapi mempunyai tempat tersendiri dalam diri kaum Syiah.
Sementara Syaikhul Azhar Muhammad Sayyid Thanthawi meminta rakyat Irak meski berbeda aliran dan mazhab untuk tetap menjunjung persatuan, membuka pintu dialog sebagai jalan keluar dan menghapuskan cara kekerasan sehingga Irak benar-benar bisa merdeka.
Ini terjadi dalam pertemuan antara tokoh Syiah Irak dengan Syaikhul Azhar pada Selasa (5/12). Moayed yang merupakan tokoh Syiah mengatakan, “Kami ingin mengembalikan kedudukan Al-Azhar secara posisi dan sejarah hingga menjadi referensi keagamaan yang kuat dan diperlukan oleh kaum Muslimin.”
Ia menambahkan, “Meskipun Al-Azhar sebagai lembaga Sunni, tapi Al-Azhar mempunyai kedudukan sendiri dalam diri kaum Syiah dan Sunnah. Di sana juga ada sejumlah tokoh referensi Syiah, saya termasuk di dalamnya, yang ingin bekerjasama dengan Al-Azhar.”
Moayed juga mengatakan, bahwa keterangan Al-Azhar yang mengecam peristiwa di Irak, tidak cukup untuk mengatasi konflik antar etnik di Irak. Karenanya, Irak membutuhkan sentuhan langsung dari Al-Azhar untuk melakukan pendekatan dan penyempurnaan antara mazhab Islam yang ada, juga dengan melakukan upaya untuk meredakan fitnah antar etnik.
Dalam pertemuan itu, Moayed menyebutkan bahwa konflik yang terjadi di Irak saat ini dilatarbelakangi utamanya oleh masalah politik. Tapi sejumlah kelompok yang sebagian dikendalikan oleh intelejen dalam dan luar Irak, utamanya Iran, ingin konflik itu bergeser menjadi konflik etnis. Hal ini yang kemudian mendorong rakyat Irak terjerumus pada saling menyerang dan saling bunuh. Apalagi di sana juga ada kekuatan Kurdi yang sengaja ingin mengobarkan fitnah antara Sunni dan Syiah di Irak.
Pertikaian di Irak juga dijelaskan oleh Moayed, memiliki tiga sebab utama. Pertama, pendudukan tentara asing, kedua pembangunan iklim berpolitik yang keliru akibat persaingan etnik, dan ketiga campur tangan negara tetangga dalam kasus Irak utamanya Iran dan Israel. Solusi yang ditawarkan Moayed kepada Al-Azhar adalah, melakukan pendekatan antar mazhab dan kesatuan Islam. (na-str/iol)