Polisi Mesir mengerahkan keamanan di rumah tokoh liberal terkemuka pada hari Kamis setelah ulama garis keras di Mesir menyerukan kematian kepada mereka seperti politisi sekuler yang ditembak mati di Tunisia.
Pembunuhan pada hari Rabu atas Chokri Belaid, seorang oposisi sekuler, mulai mengirim teror kepada tokoh sekuler lainnya di Mesir.
Di kedua negara yang alami “Arab Spring” , pemberontakan rakyat menyapu penguasa otoriter, dua tahun yang lalu menyisakan pertarungan dan kekacauan politik antara Islamis dan sekuler.
Pada hari yang sama, Mohamed el Baradei, politisi liberal dan mantan kepala Badan Energi Atom Internasional, terancam oleh seorang ulama garis keras mengharapkan kematiannya.
Ulama, Mahmoud Shaaban, muncul di sebuah saluran televisi saluran Islam , mengatakan pemimpin koalisi oposisi utama Mesir (Baredei) itu layak mendapatkan hukuman mati berdasarkan syariah (hukum Islam).
Dia secara khusus menyebutkan nama el Baradei, peraih Perdamaian Nobel Prize, dan mantan calon presiden Sabahy Hamdeen.
Presiden Mohamed Mursi, Ikhwanul Muslimin yang telah mendominasi pemilu demokratis sejak protes massa menggulingkan Presiden Hosni Mubarak pada tahun 2011, mengutuk komentar tersebut, dan menyamakan komentar itu sama saja dengan “terorisme.”
Tapi dia menambahkan bahwa oposisi liberal juga menghasut sehingga terjadi kerusuhan.
“Sungguh aneh bahwa beberapa pihak (di Mesir) menganjurkan kekerasan politik dan menghasut rakyat , dan sementara yang lain, mengklaim berbicara atas nama agama, memungkinkan ‘membunuh’ atas dasar perbedaan politik, hal itu sama saja dengan terorisme itu sendiri,” pernyataan Mursi.
“Pemerintah menegaskan penolakan terhadap pidato kebencian yang palsu menggunakan agama, dan agama tidaklah salah, dan menyerukan kepada pasukan nasional, lembaga keagamaan, dan tokoh pemikir untuk berdiri di sebuah front bersatu untuk menghadapi setiap hasutan yang tidak bisa diterima.”
Gerakan Islam lainnya dan termasuk gerakan politik kiri dan seluruh spektrum politik mengutuk pernyataan Shaaban, seperti yang dilakukan Ikhwanul Muslimin.
“Ikhwanul Muslimin mengecam setiap yang memungkinkan terjadinya pertumpahan darah dan pembunuhan , menghasut, apapun dan siapapun sumbernya,” katanya dalam sebuah pernyataan di situsnya, mengutip juru bicara Mahmoud Ghozlan.
Perdana Menteri Hisham Qandil mengatakan pada halaman Facebook-nya kabinet sedang mencari langkah hukum untuk “semua orang yang menyebar isu atau fatwa fatwa atau menghasut kekerasan.” (Dz-Al arabiya)